Turki bergabung dengan Bulgaria dan Rumania untuk membersihkan ranjau dari Laut Hitam, melancarkan upaya Ukraina untuk mengekspor gandum ke pasar dunia. Turki juga menolak seruan untuk mengizinkan kapal-kapal pembersih ranjau milik NATO.
Pada bulan ini, Turki, Bulgaria, dan Rumania menandatangani perjanjian di Istanbul, untuk membersihkan ranjau di Laut Hitam akibat perang Ukraina.
Dengan banyaknya kapal kargo yang terkena dampaknya, ranjau menjadi ancaman yang semakin besar terhadap salah satu jalur perairan terpenting di dunia, untuk mengekspor biji-bijian dan energi.
Mantan perwira angkatan laut Turki yang kini menjadi analis pertahanan Tayfun Ozberk mengatakan, “Kapal dagang tidak bisa mendeteksi ranjau, karena ranjau setengah terendam di dalam air, dan jika terdeteksi, mungkin akan terlambat bagi mereka untuk menyelamatkan diri.”
BACA JUGA: Presiden Turki Bertekad Perluas Operasi Terhadap Kelompok Kurdi di Suriah dan IrakPara analis mengatakan, penghapusan ancaman ranjau akan menjadi dorongan yang bermakna terhadap upaya Ukraina untuk mengekspor gandum ke pasar dunia, setelah gagalnya perjanjian ekspor gandum dengan Rusia yang ditengahi oleh Turki dan PBB.
Para analis mengatakan Rusia mengancam ekspor Ukraina dengan mengatakan pihaknya tidak dapat menjamin keamanan kapal-kapal itu. Namun Ankara berharap peningkatan keamanan bagi kapal-kapal
Ukraina dapat menjadi dorongan bagi Moskow untuk kembali ke kesepakatan gandum dengan Ukraina.
Mesut Casin, penasihat presiden di Universitas Yeditepe di Istanbul, mengatakan, “Hal terpenting adalah membersihkan ranjau. Ini sangat bermanfaat bagi Ukraina untuk mengekspor gandumnya. Kita ingat bahwa Rusia menarik diri dari perjanjian itu. Di sisi lain, mungkin Rusia akan kembali berunding.”
Angkatan Laut Turki memiliki kemampuan modern dalam membersihkan ranjau dengan dukungan dari Rumania dan Bulgaria, namun para pengamat memperingatkan tantangan yang dihadapi sekutu NATO itu cukup besar. [ps/jm]