Upacara pemakaman sudah dimulai bagi korban tewas dalam serangan di sebuah klub pada Malam Tahun Baru, sementara pasukan keamanan Turki terus berupaya menemukan laki-laki yang melakukan serangan itu.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menyangkal laporan-laporan awal bahwa penyerang mengenakan kostum Santa Klaus dan meninggalkan senjatanya di lokasi sebelum melarikan diri. Beberapa saksi mata mengklaim ada lebih dari satu penyerang, tetapi Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan berdasarkan penyelidikan mereka, hanya ada satu penyerang.
Soylu mengatakan menurut informasi dan penyelidikan petugas, penyerang hanya satu orang. Ia mengenakan celana panjang dan jaket, memasuki klub malam itu sambil melepaskan tembakan membabi-buta di pintu masuk. Ada informasi inteljen bahwa ia mengganti pakaiannya sebelum meninggalkan lokasi.
Upaya mengidentifikasi para korban, termasuk kewarganegaraan mereka, masih terus dilakukan. Diantara korban tewas terdapat sejumlah warga negara asing. Associated Press mengutip kantor berita Turki mengatakan sedikitnya 24 korban serangan itu adalah warga asing, yang sebagian besar berasal dari Timur Tengah, termasuk Yordania, Lebanon dan Arab Saudi. Meskipun beberapa negara lain, seperti India dan Belgia, juga melaporkan warga negara mereka menjadi korban serangan itu.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika, Minggu (1/1) mengatakan belum mengetahui ada tidaknya warga Amerika yang menjadi korban. Pejabat itu mengatakan Amerika tahu adanya sejumlah warga negara asing yang menjadi korban luka-luka, tetapi demi alasan privasi, Departemen Luar Negeri belum memberi keterangan lebih lanjut.
Konsulat Jendral Amerika di Istanbul, Minggu (1/1) mengingatkan seluruh warga Amerika supaya “sangat mengurangi aktivitas” mereka di kota itu.
Sebuah pernyataan mengingatkan warga Amerika bahwa ekstremis “terus melakukan upaya agresif untuk melakukan serangan di daerah-daerah dimana warga Amerika dan warga asing lain bermukim atau sering datang”.
Amerika juga menyangkal laporan beberapa media Turki, termasuk media sosial, bahwa badan-badan keamanan Amerika telah mengetahui sebelumnya bahwa klub malam di Istanbul itu beresiko menjadi sasaran teror.
Dalam pernyataan yang dipublikasikan hari Minggu (1/1), Kedutaan Besar Amerika di Ankara mengatakan “bertolak belakang dengan isu yang menyebar di media sosial, pemerintah Amerika tidak memiliki informasi tentang ancaman terhadap tempat-tempat hiburan tertentu, termasuk di klub Reina”.
Klub Reina yang terletak di tepi Selat Bosphorus, Istanbul adalah salah satu lokasi paling eksklusif dan digemari wisatawan.
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi beberapa analis mengatakan ISIS tampaknya akan menjadi tersangka utama mengingat target serangan ini adalah warga sipil.
Pasukan Turki saat ini terlibat dalam pertempuran sengit untuk merebut kota Al Bab di Suriah yang dikuasai oleh kelompok jihadis itu.
Pada puncak perayaan Malam Tahun Baru, Istanbul berada dalam kewaspadaan sangat tinggi di mana lebih dari 17.000 polisi ditempatkan di berbagai penjuru kota.
Tahun 2016 lalu, ISIS melancarkan serangkaian serangan di Istanbul, termasuk serangan mematikan terhadap bandara utama kota itu. (em/ii)