Jumlah suara diperkirakan akan tinggi karena Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan menghadapi Ekmeleddin Ihsanoglu, mantan ketua Organisasi Kerjasama Islam, dan Selahattin Demirtas dari Partai Demokrasi Rakyat yang pro-Kurdi.
Erdogan diunggulkan dalam pemilu itu. Jika terpilih, ia menyatakan berniat mengubah konstitusi dan membuat presiden sebagai eksekutif. Di masa lalu, presiden Turki hanyalah figur seremonial.
Perdana menteri mengatakan ia akan menjalankan kekuasaan penuh sebagai presiden berdasar undang-undang yang ada di Turki, termasuk kewenangan memanggil parlemen, memanggil rapat kabinet dan mengangkat perdana menteri, dewan menteri dan beberapa hakim pengadilan tinggi.
Konservatif religius, pendukung utama Erdogan, menilai kemungkinan Erdogan naik menjadi presiden sebagai prestasi puncak keinginannya untuk menata kembali Turki.
Dalam 10 tahun menjabat perdana menteri, ia telah membongkar kekuasaan elit sekuler yang mendominasi pemerintah sejak berdirinya Republik Turki modern tahun 1923 oleh Mustafa Kemal Ataturk.
Pengecam perdana menteri terganggu oleh akar politik Islam Erdogan dan kecenderungannya semakin otoriter. Tahun lalu, Erdogan menyingkirkan ribuan polisi dan jaksa, meningkatkan kekuasaan badan intelijen dan melarang akses ke YouTube dan Twitter sementara ia bergulat dengan penyidikan korupsi yang melibatkan anggota pemerintah dan keluarganya.
Slogan kampanye Erdogan adalah "kehendak nasional, kekuatan nasional." Ia menyatakan apapun hasil pemilu hari Minggu, Turki tidak akan lagi sama.