Pemerintah Turki telah meminta Amerika Serikat agar berhenti mempersenjatai milisi Kurdi di Suriah, dan memperingatkan pemerintah Suriah agar tidak terlibat dalam serangan Turki terhadap warga Kurdi di Suriah.
Para pejabat Turki, Senin (19/2) mengatakan demikian sebagai tanggapan atas berita bahwa Damaskus berencana untuk mengirim milisi pro-pemerintah ke Afrin di Suriah utara untuk membantu milisi Kurdi dalam perlawanan terhadap ofensif Turki.
Baca juga: Amerika dan Turki Berjanji untuk Hindari Kemungkinan Konfrontasi Militer di Suriah
Bulan lalu Turki melancarkan serangan besar-besaran terhadap milisi Kurdi yang menguasai Afrin, dan berencana untuk menyingkirkan warga Kurdi dari wilayah-wilayah lain yang mereka rebut dari militan Negara Islam (ISIS).
Pejuang pemberontak Suriah yang didukung oleh Turki telah mengambil posisi di dekat perbatasan Suriah-Turki. Dari posisi itu mereka menembaki milisi Kurdi di wilayah Afrin. Media berita Suriah hari Senin (19/2) melaporkan Suriah akan mengirim pasukan bersenjata pro-pemerintah untuk membantu milisi Kurdi melawan tentara Turki.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada para wartawan ketika berkunjung ke Yordania, bahwa pasukan Turki akan melawan siapapun yang berusaha melindungi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi, yang dikenal sebagai YPG, atau Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dicap sebagai teroris oleh Turki.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan “Jika rezim Suriah memasuki Afrin untuk membersihkan PKK dan YPG, maka tidak ada masalah, tetapi jika untuk melindungi YPG, maka tidak ada pihak yang akan bisa menghentikan kami, menghentikan Turki atau tentara Turki. Ini sah untuk Afrin, untuk Manbij, dan ini berlaku untuk wilayah di sebelah timur sungai Eufrat. "
Turki adalah musuh bebuyutan Presiden Suriah Bashar al-Assad, tetapi mengatakan tidak memiliki klaim teritorial di Suriah. Ankara menganggap milisi Kurdi sebagai teroris dan merupakan ancaman terhadap perbatasan Turki.
Amerika Serikat telah membuat marah Turki dengan mempersenjatai milisi Kurdi agar berhasil mengusir ISIS dari Suriah. Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson berusaha menyingkirkan perbedaan dengan negara sekutu yang juga anggota NATO itu ketika berkunjung ke Turki pekan lalu.
“Kami akan bertindak bersama dari saat ini dan seterusnya. Kami akan bergandeng tangan. Kami akan mengatasi masalah-masalah yang menyebabkan kesulitan bagi kami,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson.
Meskipun ada ajakan berdamai dari Tillerson, hari Senin (19/2) Turki mengganti nama jalan di depan Kedutaan Besar Amerika di Ankara setelah melakukan serangan militernya di Suriah, dan seorang pejabat tinggi Turki negara itu mengeluarkan peringatan terkait dukungan pasukan Amerika terhadap milisi Kurdi di Manbij.
Deputi Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag menyampaikan ancamannya.
“Jika kami tidak mendapatkan hasil dalam pembicaraan dengan Amerika Serikat, maka Turki akan menjadi pihak yang memutuskan sendiri. Dalam hal ini, Turki akan membersihkan teroris Kurdi di sana seperti ketika kami membersihkan teroris di Afrin. Kami berharap bahwa masalah ini akan diselesaikan dengan dialog tanpa memerlukan operasi semacam itu,” tegasnya.
Suku Kurdi menguasai Manbij, kota lain di Suriah utara, setelah mengalahkan ISIS di daerah tersebut. Turki menuntut agar mereka meninggalkan kota yang secara tradisional dihuni oleh warga Arab itu, yang memiliki posisi strategis di sebelah barat Sungai Eufrat. [lt/ab]