Menteri luar negeri Turki memuji dimulainya era baru dengan Mesir menyusul keputusan Ankara untuk mendorong normalisasi hubungan dengan Kairo, kata media-media setempat, Rabu (14/4).
Turki dan Mesir memutuskan hubungan setelah penggulingan presiden yang terpilih secara demokratis, Mohamed Morsi pada 2013. Morsi merupakan tokoh yang didukung oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Pada tahun itu Turki dan Mesir saling mengusir duta besar dan membekukan hubungan mereka.
Para pejabat Turki mengatakan bulan lalu Ankara telah menjalin kontak diplomatik pertama dengan Kairo sejak 2013 sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memperbaiki hubungan dengan saingan-saingan Timur Tengah lainnya.
"Sebuah era baru sedang dimulai," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu seperti dikutip oleh penyiar NTV.
Ia mengatakan akan ada pertemuan antara wakil menteri luar negeri dan diplomat kedua negara, tetapi tanggalnya belum ditetapkan.
Cavusoglu mengatakan kepada sejumlah wartawan di Turki bahwa pengangkatan duta besar akan menjadi agenda selama pembicaraan itu.
Saat ditanya, menteri itu juga mengindikasikan akan ada pertemuan antara ia dan mitranya dari Mesir.
"Mengapa tidak. Bisa juga ada kunjungan dan pertemuan timbal balik," kata Cavusoglu.
Bulan lalu, media oposisi Mesir yang berbasis di Istanbul mengatakan para pejabat Turki telah meminta mereka untuk meredam kritik terhadap Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Permintaan tersebut tampaknya merupakan upaya Turki untuk meluluhkan hati Mesir dalam upaya untuk memperbaiki hubungan.
Seorang penyiar Mesir yang dikenal karena kritik blak-blakannya terhadap Kairo di sebuah saluran televisi yang berbasis di Istanbul, mengatakan, Sabtu lalu, bahwa dia akan melakukan "cuti tanpa batas".
Moataz Matar, 46, membuat pengumuman itu dalam acara harian populernya "With Moataz", yang telah ditayangkan selama beberapa tahun di saluran televisi liberal El-Sharq.
Matar mengatakan ia tidak dipaksa oleh Turki atau saluran televisi itu untuk pergi tetapi menambahkan ia tidak ingin mempermalukan siapa pun.
"Saya akan kembali ketika saya bisa kembali mengatakan mengenai kebenaran di El-Sharq, seperti yang selama ini selalu saya lakukan," tambahnya.
Setelah pergolakan Arab Spring, Istanbul menjadi ibu kota media-media Arab yang kritis terhadap pemerintah-pemerintah mereka di negara masing-masing, terutama bagi media Mesir yang memiliki kaitan dengan Ikhwanul Muslimin, kelompoknya Morsi. [ab/uh]