Turki Tutup Lebih 1.000 Sekolah Swasta, Perhimpunan dan Yayasan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan penjelasan kepada para anggota parlemen dari partai berkuasa di Ankara, Jumat (22/7).

Lebih dari 1.000 sekolah atau perguruan swasta telah ditutup di Turki, serta ribuan berbagai perhimpunan dan yayasan, sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan dekrit pertamanya sejak menyatakan keadaan darurat 3-bulan.

Setelah usaha kudeta pekan lalu gagal menggulingkannya dan pemerintahannya, Presiden Erdogan juga mendekritkan bahwa para tersangka dapat ditahan sampai 30 hari tanpa tuduhan – perubahan besar dari maksimum 4-hari sebelumnya.

Di antara ke-1.229 badan amal dan yayasan yang ditutup karena dicurigai tersangkut dengan gerakan Gulen adalah 19 serikat buruh, 15 universitas dan 35 lembaga medis. Erdogan menuduh ulama Muslim Fethullah Gulen mendalangi usaha kudeta pekan lalu. Gulen, yang sekarang tinggal di Amerika serikat, telah membantah tuduhan itu.

Keadaan darurat 3-bulan yang diumumkan hari Rabu telah dipandang luas oleh organisasi-organisasi hak azasi dan para pemimpin dunia sebagai cara membuka jalan untuk pembersihan lebih jauh para penentang Erdogan. Keadaan darurat mengizinkan presiden dan pemerintah memberlakukan undang-undang tanpa persetujuan parlemen.

Jumlah orang yang ditahan telah mencapai lebih dari 9.000, termasuk 6.000 militer, yang ditahan dalam apa yang disebut Erdogan sebagai “penahanan pra-peradilan.” Menurut beberapa taksiran, hampir 50.000 pejabat pemerintah, termasuk hakim dan dosen, telah diberhentikan atau diperintahkan untuk meletakkan jabatan.

Media pemerintah Turki hari Rabu mengatakan pemerintah telah melarang semua dosen atau cendikiawan bepergian ke luar negeri. Perintah yang dilaporkan itu keluar setelah lebih 21.000 pengawai Kementerian Pendidikan, termasuk lebih dari 1.500 dekan universitas, diberhentikan untuk sementara hari Selasa. [gp]