Namun, hasil penelitian ini dikecam para pakar medis, yang salah satunya mengatakan bahwa metodologi riset ini tidak dapat diterima.
Dua orang periset dari Fakultas Kedokteran Universitas Lund menguji tusuk jarum dalam penelitian yang menyangkut 147 bayi umur dua sampai delapan pekan.
Hasil penelitian itu dimuat dalam jurnal Acupuncture Medicine yang diterbitkan BMJ, yang dulu dikenal sebagai British Medical Journal.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa dibandingkan dengan bayi yang tidak dirawat dengan tusuk jarum, bayi yang menjalani perawatan tusuk jarum selama dua pekan menunjukkan “pengurangan tangis yang relatif signifikan.”
Riset seperti itu dapat menimbulkan kontroversi. Tusuk jarum adalah prosedur invasif, yang mungkin menimbulkan rasa sakit, dan manfaatnya tidak diakui secara universal.
Organisasi seperti Perhimpunan Tusuk Jarum Medis Inggris mengatakan, tusuk jarum digunakan untuk merawat nyeri otot dan nyeri pasca-operasi, dan juga mual.
Tetapi sebagian kalangan berpendapat bahwa efek tusuk jarum adalah plasebo, artinya orang merasa sakitnya berkurang karena yakin bahwa tusuk jarum manjur. Lembaga Nasional Kesehatan, badan riset utama PBB, mengatakan ada kontroversi signifikan mengenai kemujaraban tusuk jarum.
Kolik diidap oleh sekitar 20 persen bayi. Bayi dinyatakan menderita kolik jika menangis lebih dari tiga jam per hari pada lebih dari tiga hari per pekan.
Mengapa kolik terjadi tidak diketahui dengan baik. Salah cerna, udara yang terperangkap di lambung, dan intoleransi pada susu sapi telah diidentifikasi sebagai kemungkinan penyebab.
Untuk penelitian ini, bayi yang menderita kolik dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing terdiri dari 49 bayi.
Satu kelompok diberi perawatan tusuk jarum “minimal,” sementara satu kelompok lagi diberi perawatan tusuk jarum sampai lima kali, 30 detik tusuk jarum per sesi. Kelompok ketiga tidak diberi petawatan tusuk jarum sama sekali.
Kedua periset menyimpilkan bahwa “sebagian besar bayi yang diberi perawatan tusuk jarum tidak lagi menangis berlebihan.”
Mereka mengatakan bahwa “tusuk jarum mungkin adalah opsi perawatan yang efektif” untuk bayi yang menangis lebih dari tiga jam sehari.
Kajian itu dikecam keras. David Colquhoun, profesor farmakologi University College London mendeskripsikan analisa data periset itu “tidak kompeten” dan “tidak dapat diterima.”
Penelitian itu “jelas tidak menunjukkan bawa tusuk jarum manjur,” katanya kepada Science Media Centre.
"Orang tua macam apa yang berpikir bahwa menusukkan jarum ke badan bayi akan membuatnya berhenti menangis? Gagasan itu terdengar tidak masuk akal, dan memang tidak masuk akal.”
Edzard Ernst dari Universitas Exeter mengatakan bahwa penelitian itu menunjukkan “hampir kebalikan dari kesimpulan peneliti.” “Kita tahu bahwa bayi yang kolik akan merespons perhatian sekecil apapun, dan kajian ini mengukuhkan bahwa sedikit perhatian akan mendatangkan efek.”
Dalam penelitian ini, 200 kali bayi tidak menangis sama sekali setelah ditusuk jarum, 157 kali mereka menangis sampai satu menit, dan 31 kali menangis lebih dari satu menit.
Penulis riset mengatakan “dilaporkan keluar darah satu tetes pada 15 perawatan tusuk jarum,” menurut penulis riset.
Mereka menambahkan, perawatan tusuk jarum mungkin dianggap dapat diterima secara etika” jika dapat mengurangi tangis berlebihan untuk jangka waktu panjang.
Laporan itu tidak menyebut titik-titik tusuk jarum mana yang digunakan. [ds]