Twitter mengatakan kepada Komite Intelijen DPR dan Senat, pihaknya telah menutup lebih dari 200 akun setelah memastikan akun-akun ini terkait dengan Rusia dan berusaha ikut campur dalam politik Amerika.
Pertemuan tertutup dengan Twitter menyusul taklimat yang sama dengan Facebook awal bulan ini. Facebook dalam pertemuan tersebut setuju memberikan kepada Kongres, 3.000 iklan terkait Rusia yang bertemakan isu-isu sosial dan politik yang memecah belah dan ditempatkan pada platform jejaring sosial media terbesar di dunia.
Komite sedang meneliti penyebaran laporan-laporan palsu dan apakah ada orang di Amerika yang membantu mengarahkan isinya kepada pengguna tertentu.
Dalam hal Twitter, ini termasuk meneliti apa yang disebut dengan “bot accounts”, akun yang mampu menyebar informasi secara secara otomatis.
"Dari sekitar 450 akun yang Facebook bagikan baru-baru ini sebagai bagian dari kajian mereka, kami menyimpulkan 22 akun terhubung dengan akun yang sama di Twitter. Seluruh akun yang teridentifikasi telah atau langsung dilarang karena sudah melanggar aturan kami," Twitter mengumumkan dalam sebuah blog Kamis sore.
"Selain akun tersebut, kami menemukan tambahan 179 akun terhubung dan melakukan tindakan terhadap akun-akun yang kami temukan sudah melanggar peraturan kami."
Twitter juga mengatakan, situs berita Rusia, RT, membelanjakan 274.100 dolar untuk iklan pada platformnya pada 2016. [jm/fw]