Uganda akan mengirim sekitar 1.000 tentara ke bagian timur Republik Demokratik Kongo pada akhir November di bawah pasukan regional melawan serangan pemberontak, kata seorang juru bicara militer Uganda pada Selasa (22/11).
Pertempuran sengit kembali terjadi di wilayah yang bergejolak itu dalam beberapa bulan terakhir antara pasukan Kongo dan kelompok pemberontak M23. Situasi tersebut mendorong blok Masyarakat Afrika Timur (EAC) mengerahkan pasukan regional bersama untuk meredam kekerasan yang terjadi.
BACA JUGA: Uni Afrika Suarakan 'Keprihatinan Mendalam' Terkait Situasi Keamanan KongoTentara Kenya tiba di negara itu pada 12 November, dan juru bicara militer dan pertahanan Uganda, Felix Kulayigye, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kontingen Uganda akan segera menyusul.
"Kami akan mengirim sekitar 1.000 [tentara] dalam misi tersebut," katanya, tanpa memberi tanggal pasti keberangkatan.
Pertempuran itu kembali memicu ketegangan regional. Kongo menuduh Rwanda, tetangganya yang lebih kecil, mendukung kelompok pemberontak M23. Hal yang sama juga dikatakan para ahli PBB dan pejabat-pejabat Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir.
Rwanda membantah telah endukung M23 dan menuduh Kongo berkolusi dengan FDLR — bekas kelompok pemberontak Hutu Rwanda yang dibentuk di Kongo setelah kejadian genosida sebagian besar terhadap orang Tutsi di Rwanda pada 1994.
M23, yang sebagian sebagian besar berisi milisi Tutsi Kongo, telah merebut wilayah luas di provinsi Kivu Utara. Perlahan mereka bergerak menuju kota utama di kawasan itu, Goma.
BACA JUGA: Demonstrasi Menentang Kelompok Pemberontak M23 di Kongo Meletus, 1 TewasDua sumber militer Uganda yang tidak mau nama mereka disebut dan mengetahui masalah itu, mengatakan kepada AFP bahwa Uganda telah mengirim tim intelijen, medis, dan logistik ke Goma untuk menyiapkan lokasi bagi penempatan yang direncanakan.
M23 pertama kali menjadi terkenal 10 tahun lalu ketika merebut Goma pada 2012, sebelum akhirnya diusir dan terpecah. Tetapi kelompok itu kembali muncul pada akhir tahun lalu, dan menuding Kongo tidak memenuhi janji. Salah satu keluhan yang mereka sampaikan adalah pejuang mereka tidak diintegrasikan ke dalam militer Kongo. [ka/rs]