Uganda pada Sabtu (17/12) mencabut kebijakan lockdown – penutupan sebagian wilayah dan penghentian operasi – di dua distrik yang menjadi pusat perebakan epidemi Ebola di negara itu; di tengah harapan akan segera berakhirnya wabah tersebut.
Sejak pihak berwenang menyatakan wabah Ebola pada 20 September lalu, negara di Afrika Timur itu telah mencatat 142 kasus yang dikonfirmasi dan 56 kematian. Ebola juga menyebar hingga ke ibu kota Kampala.
Presiden Yoweri Museveni pada 15 Oktober lalu memberlakukan kebijakan lockdown di dua distrik di pusat perebakan wabah itu, Mubende dan Kassanda. Namun, pada Sabtu ini Wakil Presiden Jessica Alupo mengumumkan pemerintah “mencabut semua pembatasan pergerakan dan jam malam di Mubende dan Kassanda sesegera mungkin.” Sebelumnya kebijakan jam malam dari senja hingga fajar, serta penutupan pasar, bar dan gereja diberlakukan di kedua distrik tersebut; termasuk larangan melakukan perjalanan pribadi.
“Pencabutan pembatasan ini didasarkan pada fakta bahwa saat ini tidak ada lagi penularan, tidak ada kontak dalam tindak lanjut, tidak ada pasien di fasilitas isolasi, dan semua berjalan baik,” ujar Alupo dalam pidato yang disampaikannya di televisi atas nama Presiden Museveni.
Pihak berwenang Uganda bulan lalu mengatakan kasus baru telah menurun, dan pasien terakhir yang dikonfirmasi menderita Ebola telah diizinkan meninggal rumah sakit itu pada 30 November lalu.
Namun Alupo memperingatkan bahwa pemerintah tetap dalam status “siaga tinggi” untuk setiap potensi kebangkitan kasus.
Pengumuman itu disampaikan setelah para pemimpin lokal di dua distrik mengajukan banding bulan lalu, mendesak pencabutan kebijakan lockdown dan meminta pemerintah pusat untuk memberi bantuan kepada warga yang terdampak pembatasan.
Wabah Ebola di Uganda itu disebabkan oleh jenis virus Sudan yang hingga saat ini belum ada vaksinnya.
BACA JUGA: Uganda Nyatakan 3 Warganya Positif Terjangkit EbolaUganda awal bulan ini menerima kiriman pertama vaksin percobaan melawan jenis virus Sudan itu, dan lebih banyak dosis diharapkan tiba dalam beberapa minggu mendatang. Vaksin ini akan digunakan dalam apa yang disebut sebagai uji coba vaksinasi di mana seluruh kontak pasien Ebola yang terkonfirmasi, juga kontak dari kontak tersebut, divaksinasi – bersama dengan para petugas kesehatan dan petugas di garis depan.
Namun tidak adanya kasus Ebola aktif dalam beberapa hari terakhir ini menghambat uji coba vaksin, demikian menurut pakar kesehatan internasional yang bekerja di Uganda.
Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, wabah penyakit ini berakhir ketika tidak ada lagi kasus baru selama 42 hari berturut-turut, atau berarti dua kali masa inkubasi Ebola.
Ebola menyebar melalui cairan tubuh. Gejala umumnya adalah demam, muntah, pendarahan dan diare. Wabah ini sulit dibendung, terutama di daerah perkotaan. [em/ah]