Pesawat antariksa yang bisa digunakan kembali dapat melakukan pendaratan yang dikendalikan di landasan terbang dan bukannya jatuh ke laut bisa memangkas biaya. Pesawat tersebut juga memungkinkan para ilmuwan membawa kembali sampel benda langit seperti komet.
Intermediate eXperimental Vehicle (IXV) milik ESA yang ukurannya sebesar mobil, lepas landas dari pangkalan antariksa ESA di Guyana Perancis menggunakan roket pada pukul 13:40 GMT, setelah ditunda selama 40 menit karena ada masalah dengan sistem transmisi data.
Pesawat antariksa tersebut melepaskan diri dari roket pada ketinggian 348 kilometer dan meluncur sampai ke ketinggian 413 kilometer sebelum turun kembali ke bumi dengan kecepatan 27.000 kilometer per jam (16.777 mph).
Berbagai bahan yang berusaha diuji oleh ESA, berkisar dari serat karbon berteknologi tinggi sampai ke gabus biasa, yang melindungi pesawat tersebut dari suhu yang bisa mencapai 1.600 derajat Celsius ketika kembali lagi ke bumi.
IXV menggunakan parasut untuk memperlambat diri dan bagian sayap pesawat mengarahkannya sendiri ke Samudera Pasifik sekitar 100 menit setelah peluncuran.
Di tempat itu, balon apung mencegah pesawat tersebut agar tidak tenggelam sementara dua perahu tiup Zodiac berlomba tiba di lokasi pendaratan untuk mengamankan pesawat antariksa tersebut sampai bisa diselamatkan oleh kapal.
“Ini luar biasa... Uji coba ini akan memperluas batas pengetahuan kita,” kata Direktur Jenderal ESA Jean-Jacques Dordain di lokasi peluncuran di Guyana Perancis, yang komentarnya disiarkan di internet.
ESA mengatakan akan mengumumkan data yang dikumpulkan oleh 300 sensor tekanan dan suhu yang dipasang pada IXV sekitar enam minggu setelah penerbangan uji coba tersebut.
IXV, yang menurut ESA bernilai sekitar 150 juta euro ($169,70 juta), mirip dengan pengorbit pesawat antariksa milik NASA, yang dipensiunkan pada tahun 2011 setelah beroperasi selama 30 tahun, dan serupa dengan pesawat antariksa Dream Chaser yang sedang dikembangkan oleh Sierra Nevada Corp.
Namun tidak seperti pesawat-pesawat tersebut, pesawat antariksa ekperimental ESA tidak bersayap.
Langkah berikutnya untuk ESA adalah pengembangan pesawat untuk kembali lagi ke bumi yang akan diberi nama “Pride”. Menurut ESA pesawat tersebut akan mirip dengan pesawat antariksa robotik militer AS, X-37B, walaupun lebih kecil dan lebih murah dan akan mampu mendarat di landasan terbang.