Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba meminta Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee untuk mencegah Rusia agar tidak menggunakan Hong Kong sebagai cara untuk menghindari sanksi Barat yang dikenakan pada Moskow karena melancarkan perang di Ukraina.
Kuleba menyampaikan hal itu dalam kunjungannya ke Hong Kong, Kamis (25/7).
Baik Hong Kong maupun China dipandang oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) sebagai jalur utama bagi Rusia untuk mendapatkan bahan-bahan bagi militernya, termasuk semikonduktor dan suku cadang pesawat nirawak (drone).
"Dmytro Kuleba...meminta pemerintah Hong Kong untuk mengambil tindakan dengan menutup celah bagi Rusia dan perusahaan-perusahaan Rusia untuk menggunakan Hong Kong untuk menghindari tindakan pembatasan yang diberlakukan atas agresi Rusia terhadap Ukraina," kata Kementerian Ukraina dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA: Menlu Ukraina di China Bahas Perundingan Perdamaian di Masa DepanMenurut data Departemen Perdagangan AS yang sebelumnya dirahasiakan yang dilaporkan oleh Reuters, Hong Kong tetap menjadi tempat untuk menghindari sanksi global, meskipun semikonduktor dan barang-barang terlarang lainnya yang dikirim melalui China dan Hong Kong turun seperlima tahun ini.
China, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, mengambil sikap netral dalam perang di Ukraina. Namun menyatakan kemitraan “tanpa batas” dengan Rusia beberapa hari sebelum invasi 2022. Hal ini juga memberikan dukungan diplomatik dan membantu menjaga perekonomian Rusia tetap bertahan selama masa perang.
Pemerintah Hong Kong pernah mengatakan di masa lalu bahwa mereka tidak menerapkan sanksi sepihak yang dikenakan oleh negara lain. Namun menerapkan sanksi keras yang dijatuhkan oleh Dewan Keamanan PBB, sesuai dengan instruksi Kementerian Luar Negeri China.
Kuleba melawat ke Hong Kong setelah lebih dari tiga jam melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Guangzhou, Rabu (24/7), yang berfokus pada cara-cara untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina. [ft/es]