Ukraina Usulkan Sanksi Besar-besaran Terhadap Iran

Seorang pemadam kebakaran bekerja memadamkan api di sebuah pabrik tembakau yang terbakar akibat serangan drone Rusia di Kyiv, Ukraina, pada 28 Mei 2023. (Foto: Pavlo Petrov/Press service of the State Emergency Service of Ukraine/Handout via Reuters)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada Minggu (28/5), mengajukan sebuah rancangan undang-undang yang mengusulkan sanksi tambahan terhadap Iran selama 50 tahun. RUU itu diajukan setelah terjadinya serangan drone buatan Iran yang dilancarkan Rusia pada Sabtu (27/5) malam – yang terbesar sejak awal invasi Moskow ke Ukraina.

Kepala staf Zelenskyy, Andriy Yermak, mengatakan pada hari Minggu bahwa RUU itu adalah sebuah tanggapan terhadap apa yang Kyiv sebut sebagai pemasokan senjata dari Teheran terhadap Rusia. RUU itu mencakup larangan perdagangan dengan Iran secara menyeluruh, larangan berinvestasi dan transfer teknologi. Jika RUU itu disahkan menjadi undang-undang, Ukraina akan melarang warga Iran singgah di wilayah Ukraina, termasuk menggunakan wilayah udaranya, serta membekukan aset-aset Iran.

Kyiv dan sekutu-sekutunya mengatakan, Iran telah memasok Rusia dengan senjata, termasuk ratusan pesawat nirawak, alias drone, sejak Moskow menginvasi Ukraina tahun lalu. Teheran menyangkal tuduhan itu.

BACA JUGA: Rusia Klaim Berhasil Gagalkan Serangan Drone di Kilang Minyak Krasnodar

Awalnya, Iran menyangkal telah memasok drone Shahed ke Rusia, namun kemudian mengaku bahwa pihaknya mengirim alat tersebut sebelum konflik dimulai. Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan drone tersebut dalam serangan-serangan besar ke kota-kota dan infrastruktur Ukraina.

Pada Sabtu malam, Rusia meluncurkan “serangan paling besarnya” ke Kyiv dengan menggunakan drone Shahed buatan Iran, kata Serhii Popko, pejabat militer senior Kyiv. Serangan itu berlangsung selama lebih dari lima jam, di mana pasukan pertahanan udara Ukraina dilaporkan menembak jatuh 52 dari 54 drone, menunjukkan kemampuan pertahanan udaranya.

Akibat serangan tersebut, seorang pria berusia 41 tahun tewas dan seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di rumah sakit karena tertimpa puing-puing gedung tujuh lantai dan memicu kebakaran, kata Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko.

Serangan itu dilakukan ketika Kyiv sedang mempersiapkan perayaan peringatan berdirinya negara tersebut pada Minggu.

“Sejarah Ukraina sejak lama mengganggu orang-orang Rusia yang tidak percaya diri,” kata Yermak.

Zelenskyy mengumumkan tambahan sanksi pada Sabtu (27/5) terhadap 220 perusahaan dan 51 individu, dengan mengatakan, “sebagian besar dari mereka adalah orang Rusia, yang bekerja untuk meneror.”

“Ketika Rusia memulai agresinya, mereka melihat dunia seakan-akan mereka sedang bercermin,” katanya. “Mereka pikir semua orang di dunia sinis dan memandang hina orang lain seperti para penguasa Rusia. Tetapi dunia berbeda – dunia membantu kita melindungi kehidupan.”

Sementara itu, kementerian pertahanan Inggris mengatakan pada pemberitahuan intelijen hariannya bahwa media dan kelompok-kelompok perusahaan yang didukung pemerintah Rusia menginginkan kementerian perekonomian Rusia untuk mengizinkan sistem enam hari kerja “dalam menghadapi tuntutan ekonomi perang, tampaknya tanpa bayaran tambahan.”

BACA JUGA: Ukraina: Rusia Berencana Simulasikan Kecelakaan di PLTN

Kelompok-kelompok itu sudah mengajukan petisi kepada kementerian tersebut agar diberi waktu kerja yang lebih lama, cuit kementerian pertahanan Inggris melalui laman Twitter.

Informasi intelijen itu menyebut Margarita Simonyan, yang digambarkan sebagai seorang “ahli propaganda Rusia terkemuka,” baru-baru ini mengimbau warga Rusia untuk bekerja dua jam lebih lama di pabrik-pabrik amunisi setiap hari setelah pekerjaan rutin mereka.

Imbauan untuk bekerja lebih lama tanpa gaji tambahan itu “menggemakan nuansa paksaan terhadap masyarakat ala Soviet,” kata Inggris, sambil menambahkan bahwa “penguasa Rusia sangat mungkin mempertimbangkan kinerja ekonomi sebagai faktor penentu kemenangan perang.” [rd/lt]