Menteri Dalam Negeri Iran, Mostafa Mohammad Najjar, menyatakan ulama moderat Hassan Rowhani sebagai pemenang pemilihan presiden Iran.
Kemenangan Hassan Rowhani mengejutkan para penguasa Iran, negeri yang berhaluan garis keras.
Rowhani - wakil favorit kaum reformis dan mantan kepala juru runding nuklir - menerima hampir 19 juta suara dari hampir 37 juta yang dihitung. Ia berhasil meraih sedikit diatas 50 persen suara, sehingga tidak perlu diadakan pemilu putaran kedua. Saingan terdekatnya, Walikota Teheran Mohammad Bagher Qalibaf, tertinggal jauh di belakang, dengan hanya memperoleh 16 persen suara.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengucapkan selamat kepada Rowhani dan mendorong pemerintah Iran dan presiden terpilih untuk menjalankan "peran konstruktif" dalam urusan regional dan internasional.
Amerika juga mengucapkan selamat kepada rakyat Iran atas partisipasi mereka dalam pemilu, juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan pemerintahan Obama menghormati hasil pemilu itu. Tapi pernyataan Carney disertai catatan bahwa pemilu itu berlangsung di tengah apa yang digambarkannya sebagai "hambatan dan pembatasan oleh pemerintah," termasuk kurangnya transparansi, sensor media dan intimidasi oleh pihak keamanan.
Rowhani - wakil favorit kaum reformis dan mantan kepala juru runding nuklir - menerima hampir 19 juta suara dari hampir 37 juta yang dihitung. Ia berhasil meraih sedikit diatas 50 persen suara, sehingga tidak perlu diadakan pemilu putaran kedua. Saingan terdekatnya, Walikota Teheran Mohammad Bagher Qalibaf, tertinggal jauh di belakang, dengan hanya memperoleh 16 persen suara.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengucapkan selamat kepada Rowhani dan mendorong pemerintah Iran dan presiden terpilih untuk menjalankan "peran konstruktif" dalam urusan regional dan internasional.
Amerika juga mengucapkan selamat kepada rakyat Iran atas partisipasi mereka dalam pemilu, juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan pemerintahan Obama menghormati hasil pemilu itu. Tapi pernyataan Carney disertai catatan bahwa pemilu itu berlangsung di tengah apa yang digambarkannya sebagai "hambatan dan pembatasan oleh pemerintah," termasuk kurangnya transparansi, sensor media dan intimidasi oleh pihak keamanan.