Galungan merupakan salah satu hari raya besar bagi umat Hindu Indonesia yang dirayakan setiap 210 hari sekali. Umat Hindu asal Indonesia di AS yang tersebar di berbagai negara bagian juga merayakan berdasarkan kebiasaan di daerah masing-masing, demikian juga mereka yang menetap di kota Berkeley, dekat San Fransisco, negara bagian California.
Perayaan hari kemenangan Dharma (Kebaikan) melawan Adharma (Kejahatan) bagi umat Hindu asal Indonesia di kota Berkeley, negara bagian California, diadakan oleh perkumpulan umat Hindu dan anggota gamelan yang bergabung dalam kelompok-kelompok gamelan seperti Sekar Jaya. Tahun ini Banjar Sekar Jaya melaksanakannya pada hari Rabu, 10 November 2021.
Menurut Gillian Irwin salah seorang pengurus banjar dan gamelan Sekar Jaya, kelompok ini tidak hanya mengundang umat Hindu diaspora yang ada di wilayah tersebut namun juga para anggota gamelan dan berbagai kalangan warga asli Amerika di sekitarnya.
“Kami mengundang semua komunitas Bali dan Bali -Amerika di Bay Area dan menyiapkan makanan dan semuanya,” jelasnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Kesibukan umat dalam kegiatan sehari-hari menyebabkan upacara persembahyangan Galungan pertama sejak pandemi berlangsung, diadakan pada sore hari. Diawali dengan lantunan gamelan gender oleh dua warga AS dan kidung puja acara persembahyangan berlangsung khusuk dan syahdu.
Dewa Putu Berata salah seorang tokoh senior banjar dan gamelan Sekar Jaya memimpin acara persembahyangan tahun ini. "Galungan sebetulnya kita adakan setiap enam bulan, tapi itu tergantung sekali dengan guru yang berada di sini. Untungnya Sekar Jaya memang mendatangkan guru setiap tahun jadi selalu ada orang Bali di sini, ya kalau ada upacara seperti ini kita laksanakan," jelasnya..
Tidak semua yang hadir dalam acara ini adalah umat Hindu, sebagian menganggap Galungan tidak hanya sebagai acara keagamaan namun juga peristiwa budaya dan festival, sebuah pandangan yang disambut dengan baik oleh umat.
“Mau duduk saja silahkan, kalau ikut sembahyang juga silahkan tapi umumnya mereka karena tidak ada unsur fanatisme agama mereka senang melakukannya,” tutur Dewa Putu Berata.
Katie Harrell adalah salah seorang di antara warga asli Amerika yang mahir melantunkan kidung dan memainkan berbagai instrumen gamelan, termasuk gender. Galungan pertama di masa pandemi membawa kebiasaan baru yang harus diingat.
"Kalau minum tirta (air suci) ada tirta, ada air ditangan yang harus diminum, tapi saya lupa masih memakai masker dan tirta tidak bisa masuk ke mulut untuk diminum, jadi lucu," ungkapnya.
Bagi umat Hindu terutama yang berasal dari Bali, perayaan ini menjadi ajang bertemu dengan sesama warga, seperti I Gede Mahandika Natya Putra mahasiswa manajemen bisnis tahun pertama di Diablo Valley College.
"Sayakan di sini sendiri merantau, belum ada teman, keluarga di sini jadi saya perlu suasana kekeluargaan, senang melihat sesuatu yang familiar lagi, gamelan, angklung, maturan (sembahyang) pas Galungan, sesajen, interaksi antar budaya, banyak bule yang mau belajar, jadi sedikit menenangkan saya," jelasnya.
Acara persembahyangan Galungan di kota Berkeley, yang terletak di sisi timur teluk San Fransisco tahun ini juga dimeriahkan tabuh Jegog oleh anggota gamelan Sekar Jaya dan ditutup bersantap bersama, makanan tradisional dan santapan Amerika yang dibawa oleh masing-masing umat. [my/em]