Sekelompok besar umat Katolik yang sebagian besar bertelanjang kaki, Selasa (9/1), berpawai dalam prosesi tahunan di ibu kota Filipina, membawa patung Yesus berkulit gelap yang telah berusia berabad-abad.
Banyak yang mengatakan mereka berdoa untuk perdamaian di Timur Tengah, di mana puluhan ribu warga Filipina bekerja, seiring meningkatnya kekhawatiran akan meluasnya perang Israel-Hamas, yang kini memasuki bulan keempat.
Prosesi tersebut, yang dianggap sebagai salah satu acara besar tahun ini bagi umat Katolik di Asia, ditunda selama tiga tahun karena pandemi virus corona dan tahun lalu, patung tersebut tidak diarak untuk mencegah kerumunan lebih besar.
Saat acara tersebut dimulai pada hari Selasa (9/1), kerumunan umat, banyak yang mengenakan kemeja merah marun dengan gambar Black Nazarene, membengkak menjadi sekitar 2 juta, menurut perkiraan polisi yang belum dikonfirmasi.
Black Nazarene adalah patung Yesus seukuran manusia yang sedang berlutut, berkulit gelap dan sedang memikul salib berwarna hitam.
Keamanan dalam keadaan siaga tinggi selama prosesi di distrik Quiapo Manila, menyusul pengeboman pada 3 Desember yang menewaskan empat orang dan melukai puluhan warga Katolik yang menghadiri Misa di sebuah universitas di Filipina Selatan. Presiden Ferdinand Marcos Jr. menuding “teroris asing” yang melakukan serangan tersebut.
Ribuan polisi dan petugas berpakaian preman dikerahkan di Quiapo, bersama dengan pengawasan drone dan pasukan komando yang ditempatkan di atap rumah di sepanjang rute prosesi, yang diperkirakan akan berlangsung hingga tengah malam. Polisi juga menutup banyak jalan di dekatnya, memblokir sinyal ponsel dan melarang orang membawa ransel.
Prosesi ini biasanya menarik sejumlah besar umat Katolik yang sebagian besar miskin, yang berdoa untuk meminta kesembuhan pada orang sakit dan kehidupan yang lebih baik.
Dua pekerja Filipina tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan. Kematian mereka mengingatkan ancaman yang dihadapi para pekerja asing di Israel, dimana sekitar 30.000 warga Filipina bekerja, banyak di antaranya sebagai perawat yang merawat orang sakit, orang lanjut usia, dan penyandang disabilitas. Pengiriman uang yang dikirim oleh para pekerja Filipina dari seluruh dunia telah membantu menjaga perekonomian Filipina yang rapuh.
“Saya berdoa agar perang segera berakhir,” kata Rose Portallo, ibu tiga anak berusia 33 tahun, kepada kantor berita Associated Press di sela-sela prosesi. “Saya prihatin dengan banyaknya warga Filipina yang berada di sana,” katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian besar kerabatnya bekerja di Dubai, Uni Emirat Arab.
Jeffrey Quilala, seorang juru masak berusia 35 tahun di sebuah restoran di Manila yang sepupunya bekerja di Kuwait, mengatakan ia khawatir konflik Timur Tengah yang berkepanjangan dapat mempengaruhi harga minyak global, dan memperdalam kesulitan banyak warga miskin Filipina. Ia berjalan tanpa alas kaki untuk mengikuti prosesi tersebut dan mengatakan bahwa dia telah berpartisipasi dalam acara keagamaan tersebut selama 15 tahun.
Black Nazarene sangat diagungkan di Filipina. Patung itu dibawa pada abad ke-16 dari Meksiko dengan kapal galeon pada tahun 1606 oleh misionaris Spanyol. Kapal yang membawanya terbakar, namun patung hangus itu selamat. Banyak umat Katolik percaya bahwa ketahanan patung tersebut, dari kebakaran dan gempa bumi selama berabad-abad serta pengeboman hebat selama Perang Dunia II, merupakan bukti kekuatan ajaibnya. [ab/uh]