Umat Katolik di Filipina menandai Jumat Agung dengan peragaan ulang penyaliban Yesus Kristus di Kota San Fernando, sebelah utara ibu kota Manila. Ritual penyaliban itu telah menjadi tradisi di provinsi Pampanga selama puluhan tahun.
Pertunjukan berdarah ini menarik banyak orang dari seluruh dunia setiap tahun selama Pekan Suci, meskipun peragaan ulang seperti itu tidak disukai oleh para pemimpin gereja.
Pada hari Jumat, lebih dari seratus orang menyaksikan 10 umat dipaku di kayu salib.
Mereka menjalani penyaliban itu dengan keyakinan bahwa rasa sakit yang luar biasa adalah cara untuk menebus dosa-dosa mereka, mendapatkan penyembuhan ajaib untuk penyakit, atau bersyukur kepada Tuhan.
Ritual tersebut dilanjutkan tahun lalu setelah jeda selama tiga tahun karena pandemi virus corona. Acara penyaliban ini telah mengubah Ruben Enaje menjadi selebriti desa karena perannya sebagai “Kristus” dalam pemeragaan Jalan Salib pada masa Prapaskah.
Enaje, seorang warga Kota San Fernando berusia 63 tahun, adalah pemeran Yesus yang dipaku di kayu salib pada hari Jumat. Peragaan tahun ini merupakan yang ke-35.
Enaje mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa dia telah mempertimbangkan untuk mengakhiri ritual tahunannya karena usia, namun dia mengatakan dia tidak dapat menolak permintaan dari penduduk desa agar dia mendoakan kerabatnya yang sakit.
“Karena tubuh saya semakin lemah, saya tidak tahu apakah ini yang terakhir atau akan ada yang berikutnya atau apakah ini benar-benar yang terakhir,” kata Ruben Enaje.
Di antara kerumunan umat terdapat Maciej Kruszewski, seorang turis dari Polandia dan pertama kali menjadi penonton acara penyaliban itu.
“Di sini, kami hanya ingin memahami apa arti Paskah di belahan dunia yang berbeda,” kata Kruszewski.
Jumat Agung merupakan bagian dari Pekan Suci Umat Kristiani, yang diakhiri dengan Minggu Paskah, saat umat Kristiani merayakan kebangkitan Kristus dari kematian. [lt/ab]