Umat Katolik yang gembira memenuhi stadion utama Jakarta pada hari Kamis (5/9) untuk berpartisipasi dalam Misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus dalam kunjungannya di Indonesia.
Paus Fransiskus merayakan Misa sore yang penuh kegembiraan di stadion Gelora Bung Karno yang lembab di hadapan sekitar 100.000 orang yang bersorak sorai kegirangan saat ia mengitari lintasan dengan mobil paus beratap terbuka.
Sebelumnya pada hari yang sama, di Masjid Istiqlal yang ikonik di Jakarta, Sri Paus memimpin pertemuan antaragama yang kaya dengan makna simbolis dan sentuhan pribadi. Pertemuan dihadiri oleh perwakilan dari enam agama yang secara resmi diakui di Indonesia: Islam, Buddha, Konghucu, Hindu, Katolik, dan Protestan.
BACA JUGA: Paus Fransiskus Puji Keluarga Beranak Banyak di IndonesiaPertemuan tersebut mencapai puncaknya ketika Paus Fransiskus dan imam besar masjid terbesar di Asia Tenggara itu menyatakan akan memerangi kekerasan yang diilhami oleh agama dan melindungi lingkungan. Mereka juga mengeluarkan seruan bersama untuk persahabatan antaragama dan tujuan bersama yang menjadi inti kunjungan Paus ke Indonesia.
Paus Fransiskus dan imam besar, Nasaruddin Umar, berdiri di pintu masuk lantai dasar menuju “Terowongan Persahabatan,” sebuah jalan bawah tanah yang menghubungkan kompleks masjid dengan katedral di dekatnya, Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga.
Indonesia, yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, telah membangun terowongan tersebut sebagai tanda nyata komitmennya terhadap kebebasan beragama, yang diabadikan dalam konstitusi tetapi telah ditentang oleh berbagai contoh diskriminasi dan kekerasan terhadap minoritas agama.
Dari Januari 2021 hingga Juli 2024, sedikitnya ada 123 kasus intoleransi, termasuk penolakan, penutupan atau penghancuran tempat ibadah dan serangan fisik, menurut catatan Amnesty International.
Paus Fransiskus melakukan lawatan ke Indonesia, sebagai lawatan pertama dari perjalanan 11 hari ke empat negara di Asia Tenggara dan Oseania, untuk mendorong negara tersebut memerangi kekerasan yang diilhami oleh agama dan menjanjikan komitmen Gereja Katolik terhadap inisiatif persaudaraan yang lebih besar.
Pada hari Jumat, ia menuju Papua Nugini untuk persinggahan kedua dari salah satu perjalanan terpanjang dan terjauh dalam sejarah kepausan, yang juga akan membawanya ke Timor Leste dan Singapura sebelum berakhir pada tanggal 13 September. [lt/ab]