UNHCR: Jumlah Pengungsi Ukraina Mencapai Lima Juta Orang

Para pengungsi asal Ukraina yang meninggalkan negaranya akibat invasi Rusia beristirahat di tempat penampungan pengungsi sementara di sebuah stadion atletik di Chisinau, Moldova, pada 4 Maret 2022. (Foto: Reuters/Vladislav Culiomza)

Dalam kurun kurang dari dua bulan sejak pasukan Rusia memulai perang di Ukraina, sebanyak lima juta warga Ukraina telah meninggalkan negara mereka dan sekitar tujuh juta terpaksa kehilangan tempat tinggal mereka di dalam negeri, demikian menurut Badan Pengungsi PBB (UNHCR).

Kebanyakan pengungsi Ukraina mencari perlindungan di negara-negara tetangganya di Eropa di mana mereka mendapat perlindungan sementara dan berbagai macam layanan.

BACA JUGA: AS, Sekutu, Terapkan Tekanan Ekonomi dan Militer di saat Rusia Gempur Wilayah Timur Ukraina

Warga Ukraina kini merupakan kelompok pengungsi kedua terbesar di dunia, setelah pengungsi Suriah yang jumlahnya mencapai 6,8 juta. Total populasi pengungsi di dunia kini mencapai hampir 32 juta orang.

Perang antara Rusia dan Ukraina juga telah menyebabkan sekitar 7,1 juta warga Ukraina terpaksa kehilangan tempat tinggal mereka di negaranya. Jumlah tersebut merupakan jumlah populasi terbesar di dunia yang harus kehilangan tempat tinggal mereka sendiri akibat konflik yang melanda.

“Perang di Ukraina telah memicu salah satu krisis perpindahan dan kemanusiaan yang tumbuh paling cepat,” demikian kata Babar Baloch, juru bicara UNHCR kepada VOA.

Untuk memitigasi krisis pengungsi ini, UNHCR telah meminta dana sebesar $550,6 juta pada 1 Maret lalu.

Your browser doesn’t support HTML5

IMF: Pemulihan Ekonomi Global Terimbas Serangan Rusia ke Ukraina

Badan itu mengatakan sebuah penggalangan dana baru, lebih tinggi dari jumla yang diminta sebelumnya akan dilakukan segera guna menanggapi krisis yang semakin membesar.

“Kami akan terus memperluas bantuan penyelamatan nyawa kami kepada pengungsi-pengungsi di dalam negeri di seluruh Ukraina, khususnya di wilayah tengah dan timur, di mana bencana kemanusiaan yang kejam sedang berlangsung,” kata Kelly Clements, deputi komisioner tinggi di UNHCR kepada Dewana Keamanan PBB pada Selasa (19/4). [jm/ps]