UNHCR Tanyai Warga Ethiopia yang Selamat dari Perjalanan Maut dengan Kapal ke Eropa

  • Lisa Schlein

Tiga warga Ethiopia yang selamat dari perjalanan maut dengan kapal ke Eropa di kamp pengungsi Shousha.

Salah seorang yang selamat itu mengatakan kepada staf UNHCR, kapal mereka begitu padatnya sehingga hanya ada tempat untuk berdiri.

Badan pengungsi PBB atau UNHCR mengatakan stafnya mewawancarai tiga pria Ethiopia dari Oromo hari Kamis yang mengatakan mereka termasuk dalam sembilan orang yang selamat dari kapal berpenumpang 72 orang dalam perjalanan ke Eropa.

Orang-orang yang selamat dari perjalanan maut itu sekarang dirawat di kamp pengungsi Shousha di Tunisi di mana wawancara dilakukan.

Juru bicara UNHCR, Melissa Fleming, mengatakan salah satu orang yang selamat itu mengatakan kepada staf UNHCR kapal mereka begitu padatnya sehingga hanya ada tempat untuk berdiri.

Ia mengatakan kapal itu, yang dalam perjalanan ke Eropa, kehabisan bahan bakar, air dan makanan. Fleming juga mengatakan kapal itu hanyut tanpa kemudi lebih dari dua minggu sebelum terdampar ke pantai di Libya.

“Pengungsi yang kami wawancarai itu mengatakan kapal-kapal militer dua kali melewati kapal mereka, tanpa berhenti, dan sebuah helikopter menjatuhkan makanan dan air ke kapal itu. Kapal pertama menolak permintaan mereka untuk naik kapal. Kapal kedua hanya mengambil foto-foto, ujarnya. Namun, pria itu tidak tahu darimana asal kapal-kapal itu dan tidak bisa memberi kami informasi lebih lanjut,” ujar Fleming.

Orang-orang yang selamat itu mengatakan kepada staf UNHCR, ketika kehabisan air, mereka minum air laut dan air seni mereka sendiri. Mereka makan pasta gigi dan satu demi satu orang meninggal. Di antara yang meninggal terdapat 20 perempuan dan dua anak kecil.

Fleming mengatakan mereka yang selamat itu membayar penyelundup 800 dolar untuk ikut dalam perjalanan itu dan para penumpang itu harus mengemudikan kapal itu sendiri. Ia mengatakan ini adalah gejala baru.

“Kami mendengar cerita bahwa pada seratus meter pertama atau lebih masih ada kapten kapal. Kemudian sebuah kapal kecil membawa kapten itu kembali ke pantai. Ia memberi kompas kepada para penumpang dan menunjukkan arah kapal harus pergi ke Pulau Lampedusa,” kata Fleming.

Fleming mengatakan perjalanan itu begitu berbahaya sehingga satu dari 10 orang meninggal. Sejauh ini, sudah 12.000 orang tiba di Italia dan Malta. Fleming mengatakan sekitar 1.200 orang hilang dan dianggap tewas.

Ia mengatakan perjalanan penuh petualangan itu berakhir ketika kapal hanyut ke pantai dekat Zliten, antara Tripoli dan perbatasan Tunisia. Ia mengatakan seorang perempuan meninggal di pantai karena kelelahan. Sepuluh orang sisanya berjalan ke Zliten dan ditangkap polisi Libya. Kemudian, seorang pria meninggal, sehingga yang selamat tinggal sembilan orang.

Fleming mengatakan warga Ethiopia di Tripoli membayar 900 dolar kepada penjara untuk membebaskan dan mengirim kesembilan orang itu ke kamp pengungsi Shousha di Tunisia.