Uni Afrika menyerukan agar Presiden Gambia Yahya Jammeh menerima hasil pemilu sebelumnya bulan ini sebagaiman diungkapkan pemimpin itu sebelumnya.
Ketua Komisi Uni Afrika Nkosozana Dlamini-Zuma dengan keras mendesak Presiden Yahya Jammeh memfasilitasi transisi yang damai dan tertib dan mengalihkan kekuasaan ke presiden baru Gambia.
Jammeh telah mengaku kalah 1 Desember lalu, namun pada Jumat (9/12) ia mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa para pejabat pemilu menemukan kekeliruan yan tidak bisa diterima dan ia kini tidak lagi mengakui kekalahannya dari kandidat oposisi Adama Barrow.
Dlamini-Zuma mengatakan, penolakan Jammed atas hasil itu tidak berarti dan tidak memiliki kekuatan hukum karena ia telah mengaku kalah. Ia mengatakan, kemenangan Barrow adalah “ekspresi yang sesungguhnya keinginan rakyat.”
Jammeh telah memerintah di Gambia selama lebih dari 22 tahun sejak memimpin kudeta militer pada 1994. Ia memenangkan empat pemilu presiden berturutan yang menurut para pengkritik tidak berlangsung bebas dan adil.
Jammeh juga mendukung amandemen konstitusi yang mencabut pembatasan masa jabatan presiden. Ia bakan pernah mengakan, ia akan memimpin negara kecil di Afrika Barat itu selama satu miliar tahun
Kelompok-kelompok HAM menuduh Jammeh mendalangi penangkapan dan pembunuhan sejumlah saingan politik dan wartawan. [ab]