Uni Afrika telah menerima kembali Maroko ke dalam badan benua Afrika itu setelah lebih dari tiga puluh tahun keluar. Meskipun transisi ini mungkin tidak berjalan mulus, tetapi para pemimpin Afrika mengatakan Afrika yang bersatu kini lebih penting di dalam dunia yang semakin rumit dan berubah terus.
Hal ini disebabkan karena sengketa yang menyebabkan Maroko meninggalkan Uni Afrika sepuluh tahun yang lalu belum terselesaikan. Maroko keluar pada tahun 1984 karena Uni Afrika mengakui kemerdekaan wilayah Sahara Barat yang dipersengketakan. Maroko tetap mengklaim Sahara Barat, dan Sahara Barat masih tetap menjadi anggota Uni Afrika.
Para pemimpin menepis kekhawatiran bahwa ini akan mengakibatkan keretakan dalam badan yang sekarang beranggotakan 55 negara.
"Kalau keluarga ini menjadi lebih besar, kita dapat mencari solusi sebagai keluarga," kata Presiden Senegal Macky Sall setelah keputusan itu diumumkan Senin (30/1) malam.
Keputusan Maroko untuk kembali ke persatuan tanpa mengajukan prasyarat, seperti pengakuan Sahara Barat sebagai wilayahnya, menunjukkan bahwa pemerintah Maroko menginginkan untuk kembali menjadi anggota.
Para pemimpin Afrika mengatakan, keputusan untuk mengizinkan Maroko kembali merupakan pilihan antara persatuan dan perpecahan.
Persatuan akhirnya menang, ketika 39 dari 54 anggota Uni Afrika mendukung pilihan Maroko untuk kembali. Raja Maroko menyambut hangat keputusan tersebut, dan menyampaikan sambutan di depan para anggota badan tersebut pada upacara penutupan.
"Ini adalah hari yang indah pada waktu seseorang pulang setelah pergi untuk terlalu lama, kata Raja Mohammed VI.
"Afrika adalah benua dan rumah saya,” tambahnya.
Asisten menteri luar negeri Mesir untuk urusan Afrika, Mohamed Edrees, mengatakan kepada VOA, langkah itu terkait dengan penguatan benua Afrika secara keseluruhan dan dia menekankan kepentingan bersama untuk mencari jalan menembus kebuntuan. [sp]