Uni Emirat Arab (UEA), pada Rabu (21/8), menerima surat-surat kepercayaan duta besar Taliban untuk negara kaya minyak di Teluk Arab itu. Ini merupakan keberhasilan diplomatik bagi penguasa Afghanistan, yang tidak diakui secara resmi sebagai pemerintah yang sah di negara itu.
Perkembangan tersebut, yang menjadi duta besar pertama Taliban sejak yang pertama diangkat untuk China pada Desember lalu, menggarisbawahi perbedaan pendapat internasional mengenai cara menghadapi pemerintah yang saat ini berada di Kabul.
Kementerian Luar Negeri di Kabul mengukuhkan berita mengenai Badruddin Haqqani dalam unggahan di platform media sosial X.
Kementerian itu tidak menanggapi permintaan informasi mengenai Haqqani, yang sebelumnya adalah utusan Taliban untuk UEA.
BACA JUGA: Penyelidik HAM PBB: Taliban Tolak Akses Masuk ke AfghanistanHaqqani ini tidak terkait dengan Penjabat Menteri Dalam Negeri Sirajuddin Haqqani, yang pada Juni lalu bertemu dengan pemimpin UEA, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, tetapi ia berasal dari timnya.
Sirajuddin Haqqani adalah pemimpin jaringan berpengaruh Haqqani yang ada saat ini. Jaringan tersebut adalah gerakan militan yang bersekutu dengan Taliban, dan ditetapkan sebagai teroris global. Ia diburu oleh AS karena keterlibatannya dalam berbagai serangan maut dan juga masuk beberapa daftar orang yang dikenai sanksi.
Meskipun Taliban masih dikucilkan oleh Barat, mereka telah mengupayakan hubungan bilateral dengan beberapa kekuatan regional besar. Pekan lalu, Perdana Menteri Uzbekistan Abdullah Aripov tiba di Afghanistan, suatu kunjungan tingkat tertinggi yang dilakukan pejabat asing sejak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan tiga tahun silam.
PBB menyatakan pengakuan resmi terhadap Afghanistan yang dipimpin Taliban “hampir mustahil” selagi pembatasan terhadap perempuan dewasa dan anak-anak diberlakukan. [uh/ka]