Para pejabat tinggi Uni Eropa, Senin (22/6), melangsungkan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang di tengah-tengah ketegangan yang meningkat di antara kedua mitra dagang besar tersebut terkait krisis virus corona dan kontrol Beijing yang meningkat di Hong Kong.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Josep Borrell, akan mengadakan dua konferensi video terpisah, pertama dengan perdana menteri, dan kemudian dengan Xi.
Pertemuan-pertemuan itu diperkirakan tidak akan membuahkan hasil konkret dan pernyataan bersama. Namun, Uni Eropa berharap pembicaraan-pembicaraan tersebut akan mendorong pembicaraan yang berlangsung lambat mengenai kesepakatan investasi, dan membangun kesamaan pandangan dalam mengatasi isu-isu politik sulit pada pertemuan tatap muka yang direncanakan berlangsung tahun ini.
Uni Eropa memandang China sebagai saingan sistemik yang tidak hanya menawarkan peluang besar namun juga banyak masalah. Wabah virus corona telah menciptakan rintangan baru, khususnya karena Uni Eropa menuding China telah menyampaikan informasi yang keliru terkait wabah itu sehingga berisiko mengorbankan banyak jiwa.
Pertemuan itu berlangsung pada saat China menghadapi tuduhan berusaha mempengaruhi sejumlah pejabat Eropa, dan Borell sudah dua kali membantah tudingan bahwa kantor yang dipimpinnya telah tunduk pada tekanan Beijing untuk mengubah sejumlah dokumen.
Pertemuan itu juga berlangsung pada saat China menghadapi tudingan sedang meningkatkan kontrolnya atas Hong Kong. Sejumlah anggota Uni Eropa menyatakan, UU Keamanan Baru yang diberlakukan Beijing di Hong Kong merongrong otonomi teritori itu, yang sebetulnya dijamin oleh kerangka kebijakan “satu negara, dua sistem”.
Pertemuan-pertemuan Senin tersebut merupakan perwujudan dari KTT yang sedianya berlangsung pada 30 Maret namun tertunda akibat wabah virus corona. [ab/uh]