Uni Eropa Debatkan Penghentian Bantuan bagi Mesir

Pejabat Uni Eropa Bernardino Leon

Para diplomat senior hari Senin bertemu di Brussels untuk membahas tanggapan Eropa, namun diperkirakan tidak akan tercapai kata sepakat
Pertemuan diplomatik hari Senin di Brussels adalah sebuah langkah untuk mengkoordinasi tanggapan Eropa terhadap pertumpahan darah di Mesir. Hari Rabu para menteri luar negeri Uni Eropa akan mengadakan rapat darurat. Belum ada proposal spesifik, tetapi para analis mengatakan dua pilihan adalah menangguhkan program bantuan Eropa dan menghentikan sementara semua pengiriman senjata ke Mesir.

Tahun lalu, Uni Eropa menjanjikan bantuan dan pinjaman bernilai hampir tujuh miliar dollar bagi Mesir.

Shashank Joshi adalah analis Mesir pada lembaga riset Royal United Services Institute di London. Ia mengatakan menghentikan bantuan Eropa tidak akan berdampak besar.

“Hanya dengan menghentikan bantuan tidak akan cukup dan saya pikir satu cara untuk secara serius menekan pihak berwenang Mesir agar menghentikan tindakan kekerasan dan memaksakan semacam negosiasi politik adalah dengan menerapkan sanksi-sanksi yang lebih keras,” ujar Joshi.

Menurut kantor statistik Mesir, negara-negara Eropa adalah mitra dagang terbesar mereka. Tahun 2011, volume perdagangan mencapai lebih dari 30 miliar dollar.

Eropa juga mengekspor perlengkapan militer ke Mesir. Dalam kuartal pertama tahun ini, Inggris mengeluarkan ijin untuk ekspor perlengkapan militer bernilai sekitar 70 juta dollar, terutama untuk helikopter militer. Meskipun beberapa ijin telah dicabut, para aktivis mendesak Inggris agar menghentikan semua ekspor senjata ke Mesir.

Di Amerika, untuk tahun fiskal yang dimulai Oktober nanti, Presiden Barack Obama meminta 1,3 miliar dollar untuk bantuan militer bagi Mesir.

Joshi mengatakan penghentian bantuan dari Amerika mungkin berdampak lebih penting terhadap Mesir, tetapi Amerika kemungkinan tidak akan mengikuti langkah Eropa.

Hari Senin, Arab Saudi mengatakan negara-negara Arab dan Islam akan mendukung Mesir jika negara-negara Barat menghentikan bantuan mereka.

Militer Mesir menggulingkan Presiden Mohamed Morsi awal bulan Juli. Beberapa hari kemudian, tiga negara Teluk Arab menjanjikan sekitar 12 miliar dollar untuk mendukung pemerintah yang baru.

Bantuan dari dunia Barat, menurut Joshi, bukanlah kekhawatiran utama Mesir melainkan perekonomiannya yang sedang buruk. Negara-negara Eropa menggerakkan sekitar 70 persen industri pariwisata Mesir, tetapi Jerman dan lainnya telah memperingatkan warganya agar sebisa mungkin tidak pergi kesana.

Peringatan larangan perjalanan itu akan berdampak besar terhadap ekonomi Mesir, kata Joshi. Menurut statistik pemerintah Mesir, sektor pariwisata tahun 2010 secara langsung atau tidak langsung menciptakan lowongan kerja untuk satu dari delapan warga Mesir.