Uni Eropa, Kamis (25/1) mengecam serangkaian penggerebekan dan penangkapan baru-baru ini yang menargetkan para penentang pemimpin Belarus Alexander Lukashenko menjelang pemilu parlemen bulan depan.
“Uni Eropa mengutuk keras gelombang penindasan baru-baru ini terhadap para mantan tahanan politik yang masih berada di Belarus, serta keluarga para tahanan politik,” kata kepala kebijakan luar negeri blok tersebut, Josep Borrell.
“Penggerebekan dan penggeledahan yang dilakukan aparat keamanan rezim berkuasa berdampak pada hampir 100 orang, banyak di antaranya telah ditangkap.”
Brussels mengatakan rezim Lukashenko melanjutkan “taktik intimidasi dan penindasan yang menyedihkan terhadap para pengkritiknya dan lawan politik potensial menjelang ‘pemilu’ pada bulan Februari”.
Pihak berwenang Belarus telah menindak dengan kejam lawan-lawan Lukashenko yang berkuasa sejak 1994, setelah protes massal meletus menyusul pemilihan presiden tahun 2020 yang menurut pihak Barat dicurangi Lukashenko.
Dengan penindasan tersebut, tidak akan ada oposisi yang berarti pada pemungutan suara tanggal 25 Februari.
Pemilu tersebut merupakan pemungutan suara nasional pertama sejak tahun 2020 dan akan menentukan susunan majelis rendah parlemen.
Kelompok hak asasi manusia terkemuka Belarusia Viasna mengatakan setidaknya 24 orang ditangkap di seluruh negeri pada hari Selasa (23/1). “Para preman rezim mengincar mantan-mantan tahanan politik dan keluarga orang-orang yang saat ini sedang ditahan,” kata pemimpin oposisi di pengasingan, Svetlana Tikhanovskaya.
Belarus telah berulang kali terkena sanksi Uni Eropa atas tindakan keras mereka terhadap oposisi dan karena perannya sebagai pos persiapan dalam perang Rusia melawan Ukraina. [ab/uh]