Uni Eropa pada Rabu (15/5) menyerukan Israel agar segera mengakhiri operasi militernya di Rafah, kota di bagian selatan Gaza, dengan mengatakan bahwa operasi itu mengganggu operasi bantuan kemanusiaan dan menyebabkan lebih banyak lagi pengungsian, kelaparan dan penderitaan manusia.
Pernyataan dari kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell itu mencatat hak Israel untuk membela diri, tetapi ia juga mengatakan bahwa Israel harus mematuhi hukum internasional dan melindungi warga sipil.
“Uni Eropa menyerukan Israel agar menahan diri dari semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza dan membuka kembali pos penyeberangan Rafah,” kata Borrell. “Seandainya Israel melanjutkan operasi militernya di Rafah, tidak terhindarkan lagi hal ini akan menambah ketegangan besar pada hubungan Uni Eropa dengan Israel.”
Borrell juga meminta Hamas agar membebaskan seluruh sandera yang ditawannya di Gaza tanpa syarat.
Militer Israel pada Rabu (15/5) mengatakan pasukannya melancarkan serangan udara terhadap sekitar 80 target di seantero Jalur Gaza selama satu hari terakhir, sedangkan unit-unit pasukan daratnya bertempur di sisi timur Rafah.
Pasukan Israel juga bertempur melawan Hamas di beberapa daerah di Gaza Utara, empat bulan setelah militer mengatakan telah membongkar infrastruktur kelompok militan itu di daerah tersebut.
Sekjen PBB Antonio Guterres pada Selasa mengatakan bahwa ia “terkejut” oleh eskalasi aktivitas militer di Rafah dan sekitarnya yang dilakukan Pasukan Pertahanan Israel, sementara hampir 450 ribu orang Palestina telah dipaksa pindah dari daerah itu dalam sepekan terakhir.
“Perkembangan ini semakin menghambat akses kemanusiaan dan memperburuk situasi yang sudah mengerikan,” kata wakil juru bicaranya, Farhan Haq, kepada wartawan di markas besar PBB.
BACA JUGA: Sekjen PBB “Sangat Kecewa” dengan Eskalasi Militer Israel di Rafah“Pada saat bersamaan, Hamas terus menembakkan roket secara membabi buta. Warga sipil harus dihormati dan dilindungi setiap saat, di Rafah dan di berbagai tempat di Gaza.”
Selama sepekan terakhir, militer Israel telah meningkatkan pengeboman dan operasi lainnya di Rafah sambil memerintahkan populasi di sana untuk meninggalkan sebagian wilayah kota itu. Israel mengatakan sedang melancarkan operasi terbatas untuk menghancurkan infrastruktur militan di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir.
Haq mengatakan “tidak ada tempat yang aman sekarang ini” di Gaza, dan bahwa Sekjen PBB menekankan lagi imbauannya bagi gencatan senjata kemanusiaan segera dan pembebasan seluruh sandera.
“Ia menyerukan agar penyeberangan Rafah segera dibuka kembali dan kita harus memberikan akses kemanusiaan tanpa hambatan di seluruh Gaza,” lanjutnya.
Lebih dari separuh populasi Gaza telah berlindung di Rafah. Banyak di antara mereka mengungsi ke sana setelah melarikan diri dari perang Israel-Hamas di bagian lain Gaza. Haq mengatakan para pengungsi tiba di tempat-tempat yang kekurangan tempat berlindung, jamban dan air bersih.
Dengan ditutupnya tempat-tempat penyeberangan penting ke Gaza, persediaan bahan bakar yang sangat rendah, dan pengiriman bantuan hampir terhenti, para pekerja kemanusiaan tidak dapat membantu meringankan situasi mereka.
“Sebagaimana yang telah kami katakan berulang kali, semua pihak harus menghormati hukum kemanusiaan internasional setiap saat,” kata Haq. “Ini berarti semua warga sipil harus dilindungi, dan kebutuhan dasar mereka – termasuk makanan, tempat berlindung, air dan kesehatan – harus dipenuhi di mana pun mereka berada di Gaza, baik mereka berpindah atau bertahan.”
AS, PBB dan pihak-pihak lain telah meminta Israel agar menghindari ofensif skala penuh di Rafah, seraya memperingatkan tentang bencana kemanusiaan di sana. Namun, para pemimpin Israel mengatakan ofensif itu diperlukan untuk mencapai target melenyapkan Hamas yang menjadi ancaman di Gaza. [uh/ns]