Menurut UNICEF, anak-anak pengungsi mengalami penderitaan, karena mendapat perlakuan kejam dan dieksploitasi. UNICEF mendapati, sejauh ini seperempat dari semua pencari suaka di Eropa tahun ini adalah anak-anak.
Dalam enam bulan pertama tahun 2015, dilaporkan, 106.000 anak pencari suaka di Uni Eropa — kebanyakan dari Suriah, negara yang terkoyak perang, disusul oleh Irak dan Afghanistan.
Direktur UNICEF untuk Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Peter Salama mengatakan, setelah lima tahun konflik di Suriah, masalahnya datang menyebar ke pantai-pantai Eropa. Berbicara lewat telpon dari New York, ia mengatakan, penting untuk diingat mengapa warga Suriah melarikan diri dari tanah air mereka.
“Perang menjadikan hidup mereka seperti di neraka, terutama bagi anak-anak. Kami tahu bahwa jutaan orang kini hidup terperangkap. Saluran air ke pusat-pusat penduduk, pendidikan dan sarana-sarana kesehatan dengan sengaja dihentikan, dan para pegawainya menjadi sasaran,” papar Salama.
Salama mengatakan, anak-anak mati terbunuh dan cacat akibat pemboman. Ia mengatakan, anak laki-laki usia delapan tahun direkrut sebagai tentara tempur. Anak-anak perempuan dijadikan budak seks atau dipaksa untuk kawin dini.
Ia mengatakan, Suriah sedang menjadi negara yang tidak berfungsi dan anak-anak di negara itu beresiko menjadi generasi yang hilang.
Ia menambahkan, tidak heran kalau orang bisa melarikan diri untuk menyelamatkan masa depan mereka sendiri atau untuk keluarga mereka.
Salama menambahkan, sangat penting bahwa negara-negara Eropa memberi perawatan kesehatan dan pelayanan perlindungan bagi para pengungsi. Ia menambahkan, kebijakan-kebijakan suaka harus mengutamakan kepentingan anak-anak.
“Kami Kita harus menjamin bahwa dalam perjalanan panjang itu, dari tempat asal mereka sampai ke negara-negara transit dan akhirnya ke negara-negara tujuan, anak-anak harus dilindungi dari eksploitasi dan penganiayaan. Kami khususnya prihatin tentang Libya, negara yang dilanda krisis itu, yang merupakan pangkalan penyelundupan manusia dan migrasi pengungsi menuju ke Eropa,” ujar Salama.
Sementara itu, Badan pengungsi PBB menyambut rencana Uni Eropa untuk menampung 160.000 pengungsi dari Yunani, Italia dan Hongaria ke negara-negara lain di Eropa.
Tetapi UNHCR mengatakan, agar rencana itu berjalan, pusat-pusat penerimaan pengungsi harus segera dibangun di tiga negara pemberi suaka pertama itu.