Penangan kasus kekurangan gizi (wasting) perlu menjadi prioritas selama masa pandemi. UNICEF memprediksi, pandemi Covid-19 meningkatkan jumlah kasus stunting akibat wasting.
UNICEF Indonesia mengingatkan tanpa tindakan yang memadai dan tepat waktu, jumlah anak yang kekurangan gizi (wasting) diprediksi akan meningkat sebanyak 15 persen (atau 7 juta) di seluruh dunia pada tahun pertama pandemi Covid-19. Badan PBB itu mengatakan, setiap satu persen penurunan produk domestik bruto (GDP) global, meningkatkan jumlah anak stunting sebanyak 0,7 juta di seluruh dunia.
“Wasting ini sangat umum terjadi sebagai akibat emergency (darurat) seperti bencana alam, dan juga pandemi seperti sekarang dimana pasokan makanan dan layanan kesehatan terganggu,” kata Airin Roshita, spesialis Nutrisi UNICEF Indonesia dalam sebuah diskusi daring bertema Peningkatan Masalah Gizi pada Anak di Masa Pandemi Covid-19, 30 Juni 2020, yang digelar oleh Aliansi Jurnalis Independen dan UNICEF.
Airin menekankan penanganan kasus wasting perlu menjadi prioritas arena berpeluang tiga kali lebih tinggi membuat anak mengalami kegagalan pertumbuhan tubuh dan otak (stunting).
Dhian Dipo, Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI menjelaskan Indonesia merupakan salah satu negara dengan tiga masalah terkait gizi yaitu stunting, wasting dan obesitas.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 terhadap anak-anak, tingkat obesitas mencapai 8 persen, tingkat wasting 10,2 persen dan tingkat stunting 30,8 persen. Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) di 34 provinsi di Indonesia pada 2019 menunjukkan angka stunting pada balita mencapai 27,67 persen.
“Pandemi Covid-19 ini menurunkan daya beli daya beli masyarakat, khususnya pangan,” jelas Dhian.
Dhian mengatakan, penanggulangan stunting perlu dilakukan secara terintegrasi melalui konseling dan intervensi. Intervensi yang dimaksud mencakup bantuan pangan non tunai, pembangunan kawasan rumah pangan lestari, dan fortifikasi pangan. Semua itu diharapkan dapat menekan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024.
Doddy Izwardy Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI menjelaskan, Indonesia sebetulnya perlu belajar dari krisis ekonomi yang melanda pada 1998 hingga 2000.
Your browser doesn’t support HTML5
Berdasarkan Riskesdas 2013, tingkat prevalensi stunting sangat memprihatinkan, anak-anak laki-laki pendek pada umur 13 tahun mencapai 40,2 persen, sementara pada anak perempuan pada umur 11 tahun tercatat 35,8 persen. Studi-studi menunjukkan, kondisi ini merupakan imbas dari krisis ekonomi beberapa tahun sebelumnya. [yl/ab]