Unilever berencana mengurangi sepertiga dari seluruh posisi administratif di Eropa pada akhir 2025. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya CEO untuk membangkitkan kembali pertumbuhan perusahaan barang konsumen besar tersebut.
Perusahaan, yang pemegang sahamnya termasuk investor aktivis miliarder dan anggota dewan, Nelson Peltz, berusaha merampingkan bisnisnya.
CEO Hein Schumacher menyusun strategi pada Oktober untuk memulihkan kepercayaan investor setelah beberapa tahun terakhir mengalami kinerja yang kurang baik.
Unilever menginformasikan kepada para eksekutif seniornya pada Rabu (10/7) bahwa sebanyak 3.200 pekerja di Eropa akan diberhentikan pada akhir 2025, berdasarkan perincian dari paparan umum perusahaan.
BACA JUGA: Unilever Umumkan Kenaikan Harga untuk Tahun Ini“Kami sekarang, dalam beberapa minggu ke depan, memulai proses konsultasi dengan karyawan yang mungkin terkena dampak perubahan yang diusulkan,” kata juru bicara Unilever melalui email.
Financial Times pertama kali melaporkan perincian rencana bisnis itu.
Pengurangan karyawan tersebut merupakan bagian dari program produktivitas yang diumumkan pada Maret, yang mencakup sebanyak 7.500 pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Jumlah pekerjaan bersih (dari pengurangan itu-red) di Eropa antara sekarang dan akhir 2025 adalah berkisar antara 3.000 hingga 3.200 posisi,” Constantina Tribou, kepala sumber daya manusia, mengatakan selama panggilan video.
“Langkah-langkah tersebut berarti PHK terbesar di Unilever selama beberapa dekade,” kata Hermann Soggeberg, Kepala Dewan Pekerjaan Eropa Unilever dalam suratnya kepada staf yang dilihat oleh Reuters. Masyarakat yang tadinya bekerja dan produktif kini terancam kehilangan mata pencaharian.
BACA JUGA: Unilever Jual Bisnis "Ben & Jerry's" di Israel kepada Investor LokalUnilever mengambil sejumlah langkah untuk mengubah bisnisnya sebagai bagian dari rencana merevitalisasi pertumbuhan. Pada Maret, mereka mengumumkan akan memisahkan bisnis es krimnya, yang merupakan rumah bagi merek-merek terkenal seperti Magnum dan Ben & Jerry's.
“Dari sudut pandang pemegang saham, perubahan haluan jelas diperlukan pada bisnis yang berkinerja buruk, kehadiran seorang aktivis dalam daftar pemegang saham biasanya merupakan indikator yang jelas untuk hal tersebut,” kata Jack Martin, manajer portofolio di Oberon Investments.
“Penjualan bisnis es krim adalah langkah pertama, tetapi langkah untuk merampingkan tenaga kerja dalam beberapa bulan mendatang menunjukkan upaya lebih lanjut yang diperlukan untuk memberikan nilai kepada pemegang saham.” [ah/ft]