Universitas Al Azhar di Mesir Promosikan Citra Islam yang Lebih Modern

  • Edward Yeranian

A boy the Santiago family is homeschooled in San Miguel Amoltepec Viejo, Guerrero state, Mexico, amid the COVID-19 pandemic.

Universitas Al Azhar, sentra penting dari hukum Islam, telah berupaya menggambarkan citra Islam yang lebih modern untuk melawan Islam yang keras sebagaimana yang dianut oleh ISIS, Al Qaida atau kelompok-kelompok militan lainnya.

Upaya otorita berwenang dalam hal keagamaan di Al Azhar untuk mengendalikan fatwa yang dikeluarkan merupakan bagian dari strategi yang digunakan kelompok moderat untuk melawan ulama yang mendukung aksi kekerasan dan kematian.

Teroris militan Islam di Mesir telah meninggalkan jejak kehancuran.

Hilangnya nyawa warga tidak berdosa dalam pemboman gereja dan serangan-serangan lain telah mendorong pemerintah berwenang mengutuk ulama-ulama ekstremis Islami yang mendukung aksi kekerasan dan pertumpahan darah.

Ulama-ulama garis keras, seperti ulama pro-Islamis Sheikh Youssef Al Qaradawi, dituduh telah mengeluarkan putusan atau fatwa yang membenarkan pembunuhan polisi, perwira militer dan warga Kristen. Qaradawi mengaku tidak bersalah.

Ekstremis Islam telah meningkatkan aksi kekerasan sejak penggulingan Presiden Mohammad Morsi pada Juli 2013 lalu. Banyak pendukungnya yang dipenjara, sementara sejumlah pendukung lainnya berupaya melakukan aksi kekerasan.

Otorita keagamaan terkemuka di Universitas Al Azhar Mesir, Sheikh Ahmed Tayeb, menilai ulama-ulama Islam yang menyampaikan kutbah tentang aksi kekerasan sebenarnya tidak menggambarkan Islam secara keseluruhan.

“Islam tidak boleh dianggap sebagai agama teroris hanya karena beberapa pengikutnya telah membajak sejumlah tulisan dan salah menafsirkannya untuk membunuh dan menumpahkan darah orang-orang yang tidak bersalah,” ujar Tayeb.

Presiden Mesir Abdel Fattah el Sissi juga menyerukan untuk mereformasi atau memperbarui Islam sehingga memproyeksikan citra yang lebih ramah.

Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir (foto: dok).

Salah satu cara baru yang dilakukan para ulama yang memiliki kaitan dengan Al Azhar untuk mencegah ekstremisme adalah dengan memberikan nasehat keagamaan kepada penumpang2 yang sedang transit di sebuah kios “fatwa” di stasiun Metro Kairo.

Sheikh Mohamed Zaki, kepala pengkutbah di Al Azhar, mengatakan pada VOA bahwa meskipun keyakinan utama Islam tidak bisa diubah, citra dan penerapannya harus disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari.

“Setiap generasi baru mendapat manfaat dari ajaran Islam, yang tetap tidak berubah dan tetap sebagaimana yang disampaikan Tuhan pada mereka, tetapi tetap relevan seperti layaknya ranting baru pada dahan sebuah pohon,’’ kata Zaki.

Beberapa tahun terakhir ini Al Azhar telah membatasi ruang gerak para ulama ekstremis dengan mencegah mereka menyampaikan kutbah di mesjid-mesjid yang dikendalikan Al Azhar, tetapi sebagaimana disampaikan Mohamed Zak, media yang menyebarluaskan ajaran mereka seharusnya juga dikenai sanksi.’’ [em/jm]