Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Phillippe Lazzarini hari Rabu (15/6) memperkirakan akan terjadinya kesenjangan pendanaan sebesar 100 juta dolar, dan memperingatkan bahwa kekurangan uang tunai dapat mengarah ke “jalan berbahaya.”
Berbicara setelah pertemuan dua tahunan badan itu di Beirut, Lazzarini mengatakan 100 juta dolar itu “mungkin terdengar seperti jumlah yang besar, tetapi merupakan nilai yang kecil untuk membayar hak asasi manusia para pengungsi Palestina dan untuk stabilitas kawasan.”
Ia juga memperingatkan bahwa upaya menutupi kekurangan anggaran yang biasanya disumbangkan pada akhir tahun mungkin tidak akan terjadi tahun ini karena meningkatnya ketegangan di antara para donor akibat perang di Ukraina.
UNRWA mengoperasikan sekolah, klinik dan program distribusi makanan bagi jutaan pengungsi Palestina yang terdaftar di Timur Tengah, terutama keturunan warga Palestina yang melarikan diri atau terusir dari tempat tinggalnya selama perang tahun 1948, yang kini menjadi bagian dari Israel.
UNRWA bertemu dengan para penasihat badan itu dua kali dalam setahun untuk membahas operasi badan tersebut.
Sebagian besar dari sekitar 5,7 juta pengungsi kini tinggal di kamp-kamp yang telah berubah menjadi daerah pemukiman miskin di Tepi Barat yang diduduki Israel, Yerusalem Timur dan Gaza, serta Yordania, Suriah dan Lebanon.
Perang di Ukraina Perburuk Krisis Pendanaan UNRWA
Lazzarini mengatakan perang di Ukraina saat ini telah memperburuk krisis pendanaan UNRWA, seraya menambahkan bahwa harga pangan telah meningkat di banyak negara di mana para pengungsi bermukim. Negara-negara ini sangat bergantung pada impor gandum dari Ukraina dan Rusia.
Lazzarini mengatakan ia telah berupaya memastikan agar kontribusi untuk UNRWA “tidak berkurang karena krisis di Ukraina.”
BACA JUGA: Laporan Komisi PBB: Pendudukan Abadi Israel di Wilayah Palestina, Akar Terjadinya Kekerasan
Ditambahkannya, ia tidak percaya bahwa kekurangan pendaaan itu semata-mata tentang uang; dengan mengatakan masalah itu juga merupakan akibat dari “ketidakpedulian politik beberapa donor."
Di bawah pemerintahan Trump, Amerika menghentikan pendanaan bagi UNRWA selama beberapa tahun. Presiden Biden melanjutkan kembali dukungan Amerika bagi badan itu tahun lalu. Meskipun demikian hal itu belum cukup untuk membuat perbedaan besar karena negara donor lain mengurangi sumbangan mereka.
“Situasi arus kas negatif – yang tidak pernah pulih ini – menempatkan lembaga (UNRWA) ini pada jalur berbahaya yang luar biasa,” ujar Lazzarini. [em/lt]