Rusaknya ketertiban sipil telah membuat empat pusat distribusi bantuan PBB dan fasilitas penyimpanan di Gaza tidak dapat berfungsi ketika orang-orang di wilayah tersebut berusaha mati-matian untuk mencari makanan dan air, kata seorang pejabat PBB untuk badan pengungsi Palestina (UNRWA) pada Senin (30/10).
Tom White, direktur Urusan UNWRA di Gaza, mengatakan bahwa basis logistik di perbatasan Rafah yang penting untuk distribusi bantuan menjadi semakin sulit dioperasikan karena 8.000 orang berlindung di area itu.
Ribuan warga Gaza, pada Minggu (29/10), masuk ke gudang PBB di Deir al-Balah, Gaza tengah. Mereka menyita tepung dan barang-barang lain. UNRWA menyimpan pasokan yang dikirim oleh konvoi kemanusiaan yang menyeberang dari Mesir dalam gudang itu.
BACA JUGA: Jokowi: Indonesia akan Segera Kirim Bantuan Kemanusiaan untuk PalestinaBantuan ke Gaza mandek sejak Israel mulai membombardir daerah kantong Palestina yang menjadi tempat tinggal bagi 2,3 juta orang, sebagai tanggapan atas serangan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober. Serangan tersebut dilaporkan menewaskan 1.400 orang.
Direktur kedaruratan regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rick Brennan, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa WHO belum bisa memasok dua rumah sakit di Gaza utara, Al Shifa dan Al Quds, karena PBB menganggap tingkat risikonya sangat tinggi.
Kecaman internasional meningkat atas jumlah korban akibat pemboman tersebut. Otoritas medis Gaza yang dikelola Hamas, pada Senin, mengatakan bahwa sedikitnya 8.306 orang – termasuk 3.457 anak di bawah umur – telah tewas terbunuh dalam serangan Israel.
Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan sejauh ini 140 truk bantuan telah memasuki Gaza sejak 7 Oktober dan pengiriman terbesar sejauh ini sebanyak 33 truk tiba pada Minggu (29/10). Namun, menurut para pejabat PBB, diperlukan setidaknya 100 truk setiap hari untuk memenuhi kebutuhan mendesak Gaza. Sebelum perang, ratusan truk biasanya tiba di Gaza setiap hari.
Bantuan yang masuk dari Mesir dibawa dalam perjalanan pulang pergi lebih dari 84 km dari Rafah untuk diperiksa di perbatasan Mesir-Israel. Hal tersebut memicu keluhan dari Mesir.
Israel tidak ingin bantuan masuk dari wilayahnya atau jatuh ke tangan Hamas. Mereka juga menolak pengiriman bahan bakar, pasokan air dan distribusi bantuan di Gaza.
Pada Minggu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi berkomitmen untuk mempercepat bantuan secara signifikan. Puluhan truk berangkat dari Rafah, dari sisi Mesir, pada Senin, kata sumber-sumber kemanusiaan dan keamanan.
Akses jalan masih mungkin untuk dilalui di wilayah selatan tetapi akses di wilayah utara menjadi semakin sulit karena kerusakan dan keamanan, sementara pasukan Israel menyerang kota utama di Gaza utara. [ka/lt]