Upaya Membantu Warga Haiti Terhambat dengan Kasus Penculikan Perawat AS

  • Associated Press

Foto yang dirilis oleh organisasi El Roi Haiti menunjukkan Alix Dorsainvil (kanan) berpose bersama suaminta Sandro Dorsainvil. Alix Dorsainvil, bersama putrinya diculik pada 27 Juli 2023. (Foto: El Roi Haiti via AP)

Upaya untuk membantu warga Haiti agar selamat dari kekerasan geng yang melanda negara mereka mengalami pukulan baru dengan aksi penculikan seorang perawat yang berasal dari New Hampshire, Amerika Serikat, dan putrinya yang masih kecil. Hingga hari Selasa (1/8), keduanya belum juga ditemukan.

Geng-geng kriminal di Haiti semakin berkuasa sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 7 Juli 2021, dan saat ini mereka diperkirakan telah menguasai hingga 80 persen wilayah ibu kota. Ratusan orang dilaporkan telah diculik sejak Januari, peningkatan signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Lonjakan aksi pembunuhan, pemerkosaan dan penculikan telah menyebabkan aksi pemberontakan dengan kekerasan oleh kelompok-kelompok sipil yang main hakim sendiri.

Sekitar 200 warga Haiti berunjuk rasa di ibu kota Port-au-Prince untuk menunjukkan kemarahan mereka atas penculikan Alix Dorsainvil, yang bekerja untuk pelayanan organisasi Kristen nirlaba El Roi Haiti, ketika dia dan anak perempuannya diculik pada Kamis (27/7) lalu. Wanita yang diculik itu adalah istri pendiri El Roi Haiti, Sandro Dorsainvil.

BACA JUGA: Wartawan Haiti Berisiko Jadi Korban Serangan, Penculikan, dan Pembakaran

Kelompok nirlaba seringkali menjadi satu-satunya lembaga di wilayah tanpa hukum di Haiti, dan kekerasan yang semakin parah telah memaksa banyak LSM untuk menghentikan operasi mereka, meninggalkan ribuan keluarga yang rentan tanpa akses ke layanan dasar seperti perawatan kesehatan atau pendidikan.

Para saksi mata mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa Alix Dorsainvil sedang bekerja di klinik kecil pekan lalu ketika orang-orang bersenjata datang dan membawanya pergi.

Sejumlah warga di wilayah Dorsainvil bekerja mengatakan para penculik telah meminta uang tebusan senilai $1 juta, sebuah praktik standar yang biasa dilakukan para geng kriminal di Haiti. Ratusan aksi penculikan telah terjadi di negara tersebut pada tahun ini, ungkap lembaga nonprofit lokal Center for Analysis and Research in Human Rights.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller tidak mengatakan, pada Senin (31/7), bahwa para penculik telah meminta tebusan.

"Tentunya, keselamatan warga AS di luar negeri menjadi prioritas utama kami. Kami senantiasa menjalin kontak dengan pihak berwenang di Haiti. Kami akan terus bekerja sama dengan mereka dan mitra pemerintah AS yang lain, namun karena investigasi masih terus berlangsung, tidak ada penjelasan lebih lanjut yang dapat saya berikan," tulis Miller dalam pernyataannya. [lt/em/rs]