Selagi Presiden Joe Biden dan para pemimpin kongres melanjutkan pembicaraan untuk membahas upaya terkait untuk menaikkan plafon utang agar AS terhindar dari gagal bayar, situasi kebuntuan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan itu dapat menggagalkan serangkaian pertemuan mendatang antara pemimpin AS dengan sekutunya di Jepang dan Australia.
Biden dijadwalkan berangkat dari Washington ke Hiroshima untuk menghadiri pertemuan para pemimpin Kelompok Tujuh (G-7) pada Rabu (17/5), sehari setelah melangsungkan pertemuan kedua tentang plafon utang dengan para pemimpin kongres.
Pada Senin (22/5) mendatang, Biden akan melanjutkan lawatannya ke Sydney untuk menghadiri Konferensi Quad, di mana ia dijadwalkan singgah di Port Moresby, Papua Nugini, untuk bertemu dengan para pemimpin Forum Pulau Pasifik. Pertemuan-pertemuan itu dianggap sebagai peluang untuk memperdalam kerja sama dalam menghadapi tantangan dalam kawasan dan memajukan kepentingan strategis AS untuk melawan pengaruh China di kawasan tersebut.
Biden "tampaknya akan tetap pergi," kata juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre dalam pengarahannya pada Jumat (12/5) lalu. Biden mengatakan pekan lalu, ia bertekad untuk pergi namun menangani kebuntuan tentang masalah plafon utang adalah "hal terpenting" dalam agendanya. Tergantung pada kondisi perundingan terkait masalah plafon utang tersebut, Biden mengatakan mungkin saja ia akan hadir "secara virtual atau tidak sama sekali" berangkat ke luar negeri.
Ini bukan pertama kalinya seorang presiden Amerika Serikat melewatkan pertemuan puncak karena perselisihan anggaran di dalam negeri. Barack Obama pernah membatalkan perjalanan untuk menghadiri KTT Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik di Indonesia dan KTT Asia Timur di Brunei pada tahun 2013 karena terjadi penutupan pemerintah federal AS akibat ketidaksepakatan anggaran.
Bill Clinton menarik diri dari pertemuan APEC di Jepang pada tahun 1995, juga karena sengketa terkait plafon utang. [ps/rs]