John Kerry, utusan khusus AS untuk masalah iklim, tiba di Bangladesh, Jumat (9/4), untuk mendengarkan apa yang telah dilakukan negara delta Asia Selatan itu dalam menghadapi cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut menjelang pertemuan puncak virtual tentang perubahan iklim yang diselenggarakan oleh Presiden Joe Biden bulan ini.
Kerry telah mengunjungi Uni Emirat Arab, di mana pemerintahnya mengatakan bahwa cuaca yang lebih hangat, lebih sedikit hujan, kekeringan, permukaan laut yang lebih tinggi, dan lebih banyak badai berdampak pada infrastruktur, kesehatan manusia, dan habitat alami. Ia juga melakukan perjalanan ke India, di mana ia membahas tantangan serupa dengan Perdana Menteri Narendra Modi, kata Departemen Luar Negeri AS.
Bangladesh, negara berpenduduk 160 juta orang, mengalami kesulitan yang sama. Beberapa ahli memperingatkan bahwa kenaikan permukaan laut dapat menenggelamkan sebagian besar wilayah pesisirnya yang luas, sementara badai dan gelombang pasang dapat menghancurkan pertanian dan mata pencaharian jutaan orang.
Hutan bakau terbesar di dunia, Sundarbans, yang melintasi perbatasan Bangladesh dan India, sangat terancam eksistensinya, begitupun harimau Bengal yang menjadikan hutan itu sebagai habitat utamanya.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Kerry dan Modi berfokus pada mobilisasi dana untuk mendukung perluasan penggunaan energi bersih, kerja sama dalam inovasi, dan peningkatan teknologi baru seperti untuk penyimpanan energi, hidrogen hijau, proses industri bersih, serta urbanisasi dan pertanian yang berkelanjutan.
Biden telah mengundang 40 pemimpin dunia untuk mengikuti KTT 22-23 April, termasuk Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.
“Kami akan dengan senang hati menyampaikan masalah prioritas kami. Kami juga akan mengungkapkan langkah-langkah yang telah diambil Bangladesh sejauh ini, '' kata Menteri Luar Negeri Bangladesh A.K. Abdul Momen.
Momen mengatakan Bangladesh meyakini, melakukan adaptasi saja tidak cukup, dan negara itu perlu dukungan AS seperti yang dijanjikan oleh negara-negara lain. “Itu harus menjadi target khusus Kerry,'' katanya kepada kantor berita United News of Bangladesh.
Ia mengatakan negara-negara yang paling banyak memproduksi gas rumah kaca harus berbagi tanggung jawab untuk merehabilitasi dan melindungi negara-negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. [ab/uh]