Diplomat Brunei yang ditunjuk oleh ASEAN sebagai utusan khusus untuk Myanmar mengatakan, Sabtu (4/9), bahwa bahwa ia masih bernegosiasi dengan pihak junta militer mengenai persyaratan kunjungan. Ia juga telah mencari akses ke pemimpin terguling Aung San Suu Kyi.
ASEAN telah berusaha untuk mengakhiri kekerasan di Myanmar dan membuka dialog antara penguasa militer dan lawan-lawan mereka setelah penggulingan Suu Kyi pada Februari.
ASEAN menugaskan Erywan Yusof, Menteri Luar Negeri kedua Brunei, bulan lalu untuk memimpin upaya ini.
"Ada kebutuhan mendesak untuk pergi ke Myanmar sekarang. Tapi saya pikir sebelum semua itu, saya perlu memiliki jaminan," kata Erywan kepada Reuters. "Saya harus dapat memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang harus saya lakukan, apa yang akan mereka izinkan untuk saya lakukan ketika saya berkunjung."
BACA JUGA: Utusan Baru ASEAN Minta Akses Penuh Saat Kunjungi MyanmarErywan ingin berkunjung sebelum akhir Oktober ketika para pemimpin ASEAN akan bertemu, tetapi mengatakan belum ada tanggal final terkait kunjungan tersebut.
Erywan mengatakan permintaan untuk mendapat akses ke Suu Kyi telah diajukan ke Dewan Administrasi Negara, yang diketuai oleh pemimpin junta Min Aung Hlaing. Namun akses tersebut bukanlah persyaratan di bawah konsensus lima poin yang dicapai oleh ASEAN pada bulan April.
Konsensus tersebut termasuk diakhirinya kekerasan dan dimulainya pembicaraan damai di antara semua pihak.
Erywan mengatakan konsultasinya dengan junta dan pihak lain di lapangan "berkembang cukup baik.”
Dia mengatakan sedang berusaha untuk membentuk tim penasihat guna mendukung perannya sebagai utusan. Tim tersebut dapat mencakup tetangga Myanmar, termasuk India dan Bangladesh. [ah]