Utusan Khusus AS untuk Iran: Perjanjian Nuklir Tidak Mungkin tanpa Pembebasan Tahanan

Robert Malley, utusan Khusus AS untuk Iran, di Wina, Austria, 20 Juni 2021. (AP/Florian Schroetter)

Amerika Serikat tidak mungkin mencapai kesepakatan dengan Iran untuk menyelamatkan perjanjian nuklir Iran 2015 kecuali jika Teheran membebaskan empat warga AS yang menurut Washington disandera, kata pemimpin perunding nuklir AS kepada Reuters pada hari Minggu (23/1).

Pejabat tersebut, Utusan Khusus AS untuk Iran Robert Malley, mengulangi posisi lama AS bahwa masalah empat orang yang ditahan di Iran itu terpisah dari negosiasi nuklir.

Namun, dia juga mengatakan bahwa pembebasan mereka adalah prasyarat untuk perjanjian nuklir.

“Mereka terpisah dan kami mengusahakan keduanya. Tetapi saya akan mengatakan sangat sulit bagi kami untuk membayangkan kembali ke perjanjian nuklir sementara empat orang Amerika yang tidak bersalah masih disandera oleh Iran,” kata Malley kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

“Jadi, bahkan saat kami melakukan pembicaraan dengan Iran secara tidak langsung mengenai perjanjian nuklir, kami melakukan, sekali lagi secara tidak langsung, diskusi dengan mereka untuk memastikan pembebasan para sandera,” katanya di Wina, di mana pembicaraan sedang berlangsung untuk membawa Washington dan Teheran kembali ke kesepakatan itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pengawal Revolusi elit Iran telah menangkap puluhan orang asing dan mereka yang berwarga negara ganda, sebagian besar atas tuduhan spionase dan terkait keamanan.

Kelompok-kelompok hak asasi menuduh Iran menggunakan para tahanan untuk memperoleh posisi tawar secara diplomatik, sementara negara-negara Barat telah lama menuntut agar Teheran membebaskan warga mereka, yang mereka katakan telah dijadikan tahanan politik.

Teheran membantah telah menahan orang karena alasan politik.

Malley berbicara dalam wawancara bersama dengan Barry Rosen, mantan diplomat AS berusia 77 tahun yang melakukan mogok makan di Wina untuk menuntut pembebasan para tahanan dari Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, Austria, dan Swedia di Iran, dan bahwa kesepakatan nuklir tidak boleh dicapai tanpa pembebasan mereka.

Rosen adalah salah seorang dari lebih dari 50 diplomat AS yang ditahan selama krisis penyanderaan Iran 1979-1981.

“Saya telah berbicara dengan sejumlah keluarga sandera yang sangat berterima kasih atas apa yang dilakukan oleh Pak Rosen, tetapi mereka, seperti saya, juga memintanya untuk menghentikan mogok makan karena pesannya telah terkirim,” kata Malley.

Rosen mengatakan bahwa setelah lima hari tidak makan dia merasa lemah dan akan mengindahkan permintaan itu. [lt/ab]