Utusan PBB untuk Myanmar Temui PM Thailand untuk Akhiri Krisis

Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener (kiri) bersama PM Thailand Prayuth Chan-ocha di Wisma Tamu Pemerintah Thailand di Bangkok, 14 Mei 2021. (Foto: Jubir Kemenlu Thailand via AP)

Utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, bertemu dengan PM Thailand Prayuth Chan-ocha di Bangkok hari Jumat, sementara ia melanjutkan upaya untuk mencari solusi bagi krisis yang melanda negara tetangga Thailand itu sejak militer mengambil alih kekuasaan di sana pada Februari lalu.

Prayuth dianggap sebagai tokoh kunci karena dianggap dekat hubungannya dengan pemimpin kudeta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing.

Prayuth adalah mantan panglima angkatan darat dan juga pada awalnya ia berkuasa melalui kudeta.

Menurut siaran pers pemerintah Thailand, Schraner Burgener mengatakan kepada Prayuth bahwa ia berharap Thailand akan membantu mencarikan jalan untuk bekerja sama dengan militer Myanmar dalam mengupayakan solusi damai.

Prayuth menjawab bahwa pemerintahnya siap untuk menyimak dan bertukar informasi yang mungkin bermanfaat, kata siaran pers itu. Thailand juga membahas bantuan kemanusiaan.

Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener (kiri) bersama PM Thailand Prayuth Chan-ocha di Wisma Tamu Pemerintah Thailand di Bangkok, 14 Mei 2021. (Foto: Jubir Kemenlu Thailand via AP)


Utusan PBB itu sendiri berbasis di Thailand sejak April. Ia menghadiri pertemuan para menteri ASEAN di Jakarta pada 24 April, dan bertemu dengan Min Aung Hlaing, du sela-sela pertemuan.

Schraner Burgener mengatakan ia berencana tetap tinggal di kawasan dalam beberapa pekan ini dan akan tetap berhubungan dekat dengan para anggota ASEAN untuk mendukung “implementasi yang komprehensif dan tepat waktu” dari “konsensus lima poin” mengenai krisis Myanmar.

Konsensus itu menyerukan penghentian segera kekerasan, dialog di antara semua pihak terkait, mediasi proses dialog oleh utusan khusus ASEAN, pengiriman bantuan kemanusiaan melalui saluran-saluran ASEAN dan kunjungan utusan khusus ASEAN ke Myanmar untuk bertemu semua pihak terkait.

Kudeta di Myanmar dihadapi dengan tentangan besar dan meluas dari berbagai kalangan masyarakat. Pasukan keamanan menanggapi demonstrasi harian dengan kekuatan mematikan, dengan 788 orang telah tewas sejauh ini, menurut penghitungan independen.

Ada juga peningkatan pertempuran di beberapa kawasan perbatasan antara militer dan gerilyawan etnik, yang telah menyatakan dukungan bagi gerakan prodemokrasi. Pertempuran, yang mencakup serangan udara, telah memaksa puluhan ribu warga desa meninggalkan rumah mereka di negara bagian Karen, yang berdekatan dengan perbatasan Thailand. [uh/ab]