Utusan PBB Upayakan Perluasan Gencatan Senjata Yaman

  • Associated Press

Sejumlah warga duduk di bawah poster yang menampilkan wajah dari pemimpin kubu Houthi di Sanaa, Yaman, pada 7 April 2022. (Foto: Reuters/Khaled Abdullah)

Utusan utama PBB untuk Yaman, pada Senin (15/8), mengatakan bahwa dia mengintensifkan upaya mencapai gencatan senjata yang diperluas antara pihak-pihak yang bertikai yang diharapkan akan mengarah pada dimulainya pembicaraan tentang gencatan senjata dan persiapan untuk melanjutkan proses politik yang dipimpin Yaman.

Utusan PBB, Hans Grundberg, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa kesepakatan oleh pemerintah yang diakui secara internasional dan pemberontak Houthi pada 2 Agustus untuk perpanjangan dua bulan gencatan senjata melanjutkan jeda terpanjang dalam pertempuran sejak perang saudara Yaman dimulai pada 2014. Gencatan senjata dimulai 2 April lalu.

BACA JUGA: PBB Intensifkan Perundingan di Yaman

Grundberg mengatakan komitmen para pihak untuk melanjutkan negosiasi guna mencapai kesepakatan gencatan senjata yang diperluas pada 2 Oktober juga memberi kesempatan untuk lebih memperbaiki kehidupan sehari-hari warga Yaman yang menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Kegagalan untuk memperpanjang gencatan senjata "akan mengarah pada siklus eskalasi dan kekerasan baru," dia memperingatkan dalam video briefing.

“Yaman sangat perlu menghindari skenario ini, dan saya meminta para pihak untuk membuat pilihan untuk membangun kepercayaan yang diperlukan untuk menghindari kembalinya perang dan mulai membangun perdamaian abadi.”

BACA JUGA: Agen Mata-mata Iran Didakwa dalam Rencana Pembunuhan Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS

Perang saudara Yaman meletus pada 2014, ketika Houthi turun dari kantong mereka di utara dan mengambil alih ibu kota. Ini memaksa pemerintah melarikan diri ke selatan dan kemudian ke Arab Saudi.

Koalisi yang dipimpin Saudi – yang kala itu didukung oleh Amerika – memasuki perang pada awal 2015 untuk mencoba memulihkan pemerintah ke tampuk kekuasaan. Sejak itu, konflik telah berubah menjadi perang proksi antara Arab Saudi dan Iran, yang mendukung Houthi. [ka/rs]