Slovenia, yang sedang menjabat sebagai presiden Uni Eropa, hari Jumat (26/11) mencuit di Twitter bahwa negara-negara Uni Eropa setuju untuk menangguhkan perjalanan dari bagian selatan Afrika setelah mendeteksi varian baru COVID-19.
Ditambahkannya, sebuah komite pakar kesehatan dari 27 negara di Uni Eropa “menyetujui perlunya mengaktifkan jeda darurat dan memberlakukan pembatasan sementara pada semua perjalanan dari bagian selatan Afrika menuju ke Uni Eropa.”
Juru bicara Komisi Eropa Eric Mamer mencuit di Twitter, pembatasan akan berlaku untuk Botswana, Eswatini, Lesotho, Mozambik, Namibia, Afrika Selatan dan Zimbabwe.
Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan pemerintah Uni Eropa juga telah diminta untuk mencegah perjalanan ke negara-negara tersebut.
Masing-masing dari 27 negara di Uni Eropa bebas untuk menerapkan langkah-langkah baru, jika dikehendaki. Sebagian telah menerapkan pembatasan.
Pejabat Uni Eropa mengatakan belum ada keputusan yang dibuat terhadap negara-negara lain di mana kasus-kasus telah dideteksi, termasuk di Hong Kong, Israel, dan Belgia. Belgia merupakan bagian dari Uni Eropa.
Varian baru virus corona, yang pertama kali dideteksi di Afrika Selatan, telah menimbulkan kekhawatiran dunia; sementara para pakar berupaya keras mengetahui apakah varian baru ini kebal vaksin.
BACA JUGA: WHO Peringatkan Ancaman COVID-19 Varian OmicronPakar virus Marc Van Ranst, yang mendeteksi varian baru itu di Belgia, mengatakan kepada Reuters bahwa kemungkinan besar perempuan yang terinfeksi varian baru ini tertular saat bepergian ke luar Eropa. Perempuan ini diketahui telah berada di Mesir pada awal November, tetapi baru mengalami gejala setelah 11 hari kembali ke Belgia. Ia belum divaksinasi vaksin COVID-19.
Selain larangan masuk bagi negara-negara di bagian selatan Afrika, Swiss hari Jumat memberlakukan persyaratan karantina 10 hari dan tes negatif bagi wisatawan dari Belgia, Israel dan Hong Kong. [em/pp]