Menlu Venezuela Elias Jaua mengumumkan keputusannya di tengah kekhawatiran bentrokan kembali pecahnya bentrokan, antara demonstran pro dan anti-pemerintah.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro memberi tenggat 48 jam bagi tiga pejabat kedutaan besar Amerika di Caracas agar keluar dari negaranya, dan menuduh Amerika memihak mahasiswa demonstran yang dikatakan memicu kekerasan.
Hal itu diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Venezuela Elias Jaua di tengah kekhawatiran bentrokan bisa kembali pecah hari Selasa, di mana baik demonstran pro dan antipemerintah mengatakan akan turun ke jalan di ibukota itu.
Menlu Jaua mengatakan ketiga pejabat senior kedutaan Amerika itu hendak menyusupi kampus-kampus di Venezuela, sumber pergolakan akhir-akhir ini, dengan selubung melakukan promosi visa. Mengulangi tuduhan oleh Presiden Maduro, yang telah dua kali mengusir diplomat Amerika, Jaua mengatakan Amerika berkonspirasi dengan pemimpin oposisi Leopoldo Lopez dan para aktivis mahasiswa untuk menjatuhkan presiden sosialis itu.
Amerika membantah tuduhan itu, tetapi mengungkapkan keprihatinan mengenai meningkatnya kekerasan yang minggu lalu berujung pada kematian tiga orang semasa demonstrasi antipemerintah.
Lebih 1.000 mahasiswa, yang seminggu ini melakukan demonstrasi dan juga bentrok dengan polisi, Senin (17/2), datang ke kantor pemerintah urusan telekomunikasi dan menuntut dicabutnya semua pembatasan liputan tentang krisis politik di sana.
Hal itu diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Venezuela Elias Jaua di tengah kekhawatiran bentrokan bisa kembali pecah hari Selasa, di mana baik demonstran pro dan antipemerintah mengatakan akan turun ke jalan di ibukota itu.
Menlu Jaua mengatakan ketiga pejabat senior kedutaan Amerika itu hendak menyusupi kampus-kampus di Venezuela, sumber pergolakan akhir-akhir ini, dengan selubung melakukan promosi visa. Mengulangi tuduhan oleh Presiden Maduro, yang telah dua kali mengusir diplomat Amerika, Jaua mengatakan Amerika berkonspirasi dengan pemimpin oposisi Leopoldo Lopez dan para aktivis mahasiswa untuk menjatuhkan presiden sosialis itu.
Amerika membantah tuduhan itu, tetapi mengungkapkan keprihatinan mengenai meningkatnya kekerasan yang minggu lalu berujung pada kematian tiga orang semasa demonstrasi antipemerintah.
Lebih 1.000 mahasiswa, yang seminggu ini melakukan demonstrasi dan juga bentrok dengan polisi, Senin (17/2), datang ke kantor pemerintah urusan telekomunikasi dan menuntut dicabutnya semua pembatasan liputan tentang krisis politik di sana.