Video Ratusan Anak Indonesia yang Dilatih ISIS Beredar Luas

  • Fathiyah Wardah

Seorang militan ISIS di Raqqa, Suriah (foto: dok). Pengamat Sidney Jones mengatakan, jumlah warganegara Indonesia yang bergabung ISIS di Suriah lebih dari 400 orang, 40 persen di antaranya perempuan dan anak-anak.

Video pelatihan militer anak-anak Indonesia dan Malaysia yang telah bergabung dengan ISIS di Suriah beredar luas. Sejumlah pengamat menilai peredaran video itu untuk mempengaruhi opini publik.

Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS kembali menyebarluaskan rekaman video pembakaran paspor oleh lebih dari 20 anak laki-laki Indonesia yang telah bergabung dengan milisi radikal di Suriah itu.

Dalam video berdurasi sekitar 10 menit itu, anak-anak tersebut berseragam militer warna hijau. Tampak pula mantan pemimpin Kumpulan Mujahidin Malaysia (KMM) Zanuri Kamaruddin yang berusia 49 tahun dan menegaskan mereka bukan lagi warga negara Indonesia atau Malaysia. Zanuri bahkan mengancam siap menyerang kedua negara ini.

Video yg sebagian menggunakan bahasa Arab itu memperlihatkan 20-an anak berumur di bawah 14 tahun berdiri sambil mengangkat paspor Indonesia yang berwarna hijau. Beberapa laki-laki dewasa yang berdiri di belakang mereka juga bersikap serupa.

Tampak jelas hanya sedikit paspor Malaysia yang berwarna merah. Kemudian anak-anak itu melemparkan paspor mereka ke tengah dan seorang anak lainnya memimpin pembakaran paspor. Seraya mengucapkan doa, anak laki-laki itu membakar paspor Indonesia miliknya, yang kemudian dilemparkan ke kumpulan paspor lainnya.

"Kepada penguasa-penguasa thaghut berada di wilayah Nusantara, khususnya Malaysia dan Indonesia, ketahuilah kami sesungguhnya bukan lagi warga negara kamu dan kami melepas diri dari kamu," tegas Zahuri.

Zainuri bergabung dengan ISIS di Suriah pada April 2014, setelah menjalani hukuman sepuluh tahun penjara karena memiliki dua senjata api, 412 butir peluru, dan sejumlah bahan peledak. Pada 20 Agustus 2014, pasukan Zainuri diserang pasukan pemerintah Suriah yang membuatnya luka-luka di bagian tangan dan leher. Seorang rekannya yang juga anggota KMM. Zainan Harith yang berusia 52 tahun, tewas.

Pengamat isu teroris di Asia Tenggara - Sidney Jones mengatakan rekaman itu dibuat awal tahun lalu di Suriah. Namun tidak mengetahui persis di kota mana video itu dibuat. Ditambahkannya, lebih dari seratus anak Indonesia bergabung dengan milisi pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu karena diajak orang tua mereka, yang sebelumnya menjadi anggota Katibah Nusantara, yakni semacam kumpulan jihadis ISIS dari kawasan Asia Tenggara. Namun menurutnya Katibah Nusantara sudah pecah dan tidak aktif lagi.

Sidney Jones, pengamat dari International Crisis Group (foto: dok).

"Kalau ada yang bilang jumlah warganegara Indonesia di Suriah lebih dari 400 orang, sekitar 40 persen dari jumlah itu adalah perempuan dan anak berumur di bawah 14 tahun," papar Sidney Jones.

Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan Purwanto membenarkan bahwa video pembakaran paspor oleh anak-anak Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS di Suriah itu merupakan rekaman lama. Video itu menurutnya sengaja diunggah kembali untuk mempengaruhi opini publik.

Lewat video itu, kata Wawan, ISIS ingin menunjukkan bahwa gempuran hebat terhadap milisi itu tidak membuat mereka porak-poranda. Media tambahnya menjadi satu kekuatan untuk menyampaikan pesan tersebut supaya ditangkap pihak lawan. Ditambahkannya, dari sekitar 800 warga Indonesia bergabung denganISIS, seratus di antaranya masih anak-anak.

Wawan Purwanto juga membenarkan bahwa ISIS terus menerus melakukan kaderisasi dan anak-anak diperkenalkan dengan senjata mainan sebelum pada senjatasesungguhnya. Dia menambahkan kebanyakan anak Indonesia yang saat ini berada di Suriah berasal dari Jawa dan Nusa Tenggara.

"Untuk membuat propaganda dan supaya terkesan ada sebuah kaderisasi. Tapi ini jangan lantas dijadikan suatu pegangan. Karena operasi propaganda untuk mempengaruhi dan sebagau efek penggentar di masyarakat bahwa mereka telah menyiapkan sutau sistem pendidikan sejak usia dini," tutur Wawan.

Lebih lanjut, Wawan menjelaskan pemerintah hanya bisa mengimbau warga yang belum terpengaruh agar tidak terprovokasi oleh propaganda ISIS. Sementara terkait adanya ancaman terhadap Pemerintah Indonesia dalam video ISIS tersebut, Wawan menyatakan ini bagian dari psy-war atau perang urat syaraf. Sebagai negara berdaulat lanjut Wawan pemerintah harus waspada dan melakukan pencegahan dini. [fw/em]