Juru Bicara Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto kembali mengumumkan penambahan kasus baru positif virus corona pada hari Minggu (15/3) sebanyak 21 orang. Dengan demikan jumlah orang yang terdeteksi positif virus yang pada awalnya ditemukan di China ini mencapai 117 orang.
“Hari ini kita mendapatkan 21 kasus baru, dimana 19 di Jakarta dan 2 di Jawa Tengah,” ujar Yuri yang ditemui di Kantor Kepresidenan Jakarta, Minggu (15/3).
Dua puluh satu kasus baru ini, kata Yuri, merupakan pengembangan kontak atau pelacakan yang dilakukan oleh pihaknya terhadap pasien sebelumnya. Namun ia menolak merinci jenis kelamin dan usia pada kasus baru ini.
BACA JUGA: Cegah Penyebaran Corona, Jokowi Imbau Masyarakat Bekerja, Belajar dan Beribadah di RumahMenurutnya kepala daerah bisa mengambil kebijakan untuk melakukan pelacakan lebih jauh lagi melalui dinas kesehatan masing-masing. Para kepala daerah, kata Yuri, juga berhak mengumumkan kepada masyarakat apabila ada orang yang terjangkit virus ini di daerahnya, tapi tetap dengan merahasiakan identitas pribadi pasien tersebut.
Ditambahkannya, salah satu cara untuk menghambat penyebaran virus corona ini adalah dengan cara melacak hingga ke daerah-daerah. Ia mengakui bahwa hal ini sulit, tapi harus tetap dilakukan agar penyebaran tidak semakin banyak.
“Kita tahu kasus yang ada di Jawa Tengah itu juga memiliki tracing sampai ke Jakarta. Jadi ada beberapa pulang dari Jakarta setelah sampai ke daerahnya, sakit, positif. termasuk satu kasus yang meninggal di Solo, setelah kemudian kita identifikasi kontaknya, kemudian setelah ada yang meninggal, maka seluruhhya kontaknya ini pulang ke Magetan, Jawa Timur," katanya.
"Berarti ini dari Jakarta kemudian ke Solo dan sekarang kontaknya semua ke Magetan, dan ini yang jadi beban tracing, ini yang saya katakan komunitas menjadi catatan penting,” lanjut Yuri.
Oleh karena itu ia berpesan kepada seluruh masyarakat untuk senantiasa waspada, menahan diri, namun jangan panik.
“Di dalam konteks inilah maka yang paling penting kita hadapi sekarang ini adalah bagaimana kita masing masing mulai berupaya untik menahan diri, hati-hati dimaknai menahan diri, dimaknai tidak panik," katanya.
"Artinya hal yang menjadi pilihan adalah kalau tidak perlu jangan dilakukan dalam rangka mencegah penularan. Misalnya, kalau saya tidak perlu datang ke tempat ramai, jangan ke ke sana. Kalau saya tidak perlu untuk bertemu dengan orang yang banyak untuk membicarakan yang secara prinsip tidak terlalu penting, ya tidak usah ketemu, karena kita yakini bahwa sekarang komunikasi itu tidak harus tatap muka langsung,” ujarnya.
Ia juga mengimbau kepada para orang tua untuk tetap melindungi anak-anaknya dengan tidak berkeliaran di luar rumah. Semua sekolah diliburkan dengan maksud agar semua anak dapat belajar di rumah. Namun pada kenyataannya, ia masih melihat masih banyak anak-anak kerap main di luar.
BACA JUGA: Sekolah dan Wisata di Jawa Timur Tetap Buka, Tapi Waspada“Kemudian berbicara di beberapa daerah meliburkan sekolah. Ini harus dimaknai betul. karena pengumuman libur dalam persepsi anak sekolah berbeda dengan persepsi pemerintah," kata Yuri.
"Saya tadi sebelum berangkat, saya lihat sekitar rumah saya ramai banget. Saya pikir ada apa-apa, ternyata anak lagi main bola di depan. Padahal maksud kita libur itu adalah persepsi orang tua oh anaknya jangan keluyuran. Itu maksudnya. Tetapi ini yang tidak berhasil. Ini yang menjadi masalah. Oleh karena itu kita bersama-sama mohon menyampaikan kepada masyarakat memaknai libur itu adalah menahan diri dari sisi anak,” tegasnya. [gi/em]