Virus Korona Sindroma Pernafasan Timur Tengah, yang menewaskan 38 orang hanya di Arab Saudi saja, dikhawatirkan mengancam mereka yang beribadah umrah.
Di bulan Ramadan, banyak orang dari seluruh dunia melakukan ibadah haji kecil atau umrah di Arab Saudi. Selain tantangan mengatur kedatangan rombongan umrah, pemerintah Saudi kali ini mendapat tantangan kesehatan yaitu Virus Korona Sindroma Pernafasan Timur Tengah atau MERS-CoV, yang telah menewaskan 38 orang di Arab Saudi tahun ini, dari total korban jiwa 65, menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO).
Ini bukan pertama kalinya pihak berwenang di Saudi harus berurusan dengan wabah virus dalam musim haji atau umrah. Pada 2004, Kerajaan menghadapi wabah virus SARS, dan pada 2009 virus H1N1, yang dikenal dengan flu babi.
Rombongan haji dan umrah yang datang ke Saudi pada 2009 diberi masker flu dan cairan pembersih tangan. Tahun ini, pemerintah menurunkan jumlah visa yang diterbitkan dan memberikan serangkaian pengumuman yang menyarankan Muslim untuk menunda kunjungannya sampai tahun depan.
Kementerian Kesehatan Arab Saudi telah membuat sistem pemantauan medis di setiap titik masuk ke negara tersebut, dimana para pengunjung diperiksa untuk gejala-gejala penyakit. Para ahli kesehatan internasional belum menyarankan jemaah haji dan umrah untuk membatalkan rencana perjalanan mereka karena virus tersebut, namun mendesak pelancong untuk mengambil langkah berhati-hati.
"Sering-sering cuci tangan dengan sabun atau cairan alkohol pembersih untuk melindingi diri dari penyakit pernafasan," ujar Lisa D. Rotz, wakil direktur Divisi Kesehatan dan Migrasi Global di Pusat Pengendalian Penyakit (CDC).
"Selain itu, tutup mulut Anda dengan tisu saat bersin atau batuk, dan buang segera tisu tersebut ke tempat sampah untuk melindungi orang lain."
Rotz mengatakan CDC juga menyarankan pelancong supaya tidak menyentuh hidung dan mulut mereka dengan tangan yang belum dicuci, sehingga mreka tidak terinfeksi, dan hindari kontak dekat dengan mereka yang sakit, seperti berbagi gelas atau alat makan.
Rotz juga mengatakan bahwa "sering-sering mensterilkan dan membersihkan permukaan-permukaan seperti mainan anak-anak atau gagang pintu merupakan cara lain untuk melindungi diri dari penyakit."
Sementara itu, otoritas-otoritas kesehatan internasional mengatakan mereka tidak merasa pasti dari mana virus MERS-CoV berasal atau bagaimana ia menyebar.
"Kami melihat ada dua pola utama, atau dua cara utama bagaimana orang terinfeksi," ujar Keiji Fukuda, kepala keamanan kesehatan WHO.
"Pertama adalah dalam komunitas, yaitu di kota-kota dan sebagainya, ada infeksi secara sporadis pada manusia."
Namun Fukuda mengatakan "salah satu potongan informasi kunci yang hilang adalah apakah ada banyak orang yang mendapat infeksi ringan atau infeksi tanpa gejala yang tidak kita ketahui," ujarnya.
"Karena ada kesenjangan dalam informasi tersebut, sulit untuk membuat perkiraan untuk masa depan."
Fukuda mengatakan ada tiga skenario masa depan yang mungkin: Virus tersebut dapat menjadi stabil pada tingkat saat ini yaitu sekitar 20 per bulan, perlahan menghilang dengan sendirinya atau meledak menjadi wabah besar.
Supaya aman, WHO minggu ini mengadakan pertemuan komite darurat ahli penyakit internasional, termasuk epidemiolog, virolog dan dokter bidang kesehatan masyarakat, untuk mengumpulkan informasi dan memutuskan respon seandainya virus itu menjadi epidemi. Kementerian Kesehatan Arab Saudi juga telah membuat laman khusus dengan data perkembangan terbaru dan saran dalam melindungi diri dari MERS-CoV. (VOA/Cecily Hilleary)
Ini bukan pertama kalinya pihak berwenang di Saudi harus berurusan dengan wabah virus dalam musim haji atau umrah. Pada 2004, Kerajaan menghadapi wabah virus SARS, dan pada 2009 virus H1N1, yang dikenal dengan flu babi.
Rombongan haji dan umrah yang datang ke Saudi pada 2009 diberi masker flu dan cairan pembersih tangan. Tahun ini, pemerintah menurunkan jumlah visa yang diterbitkan dan memberikan serangkaian pengumuman yang menyarankan Muslim untuk menunda kunjungannya sampai tahun depan.
Kementerian Kesehatan Arab Saudi telah membuat sistem pemantauan medis di setiap titik masuk ke negara tersebut, dimana para pengunjung diperiksa untuk gejala-gejala penyakit. Para ahli kesehatan internasional belum menyarankan jemaah haji dan umrah untuk membatalkan rencana perjalanan mereka karena virus tersebut, namun mendesak pelancong untuk mengambil langkah berhati-hati.
"Selain itu, tutup mulut Anda dengan tisu saat bersin atau batuk, dan buang segera tisu tersebut ke tempat sampah untuk melindungi orang lain."
Rotz mengatakan CDC juga menyarankan pelancong supaya tidak menyentuh hidung dan mulut mereka dengan tangan yang belum dicuci, sehingga mreka tidak terinfeksi, dan hindari kontak dekat dengan mereka yang sakit, seperti berbagi gelas atau alat makan.
Rotz juga mengatakan bahwa "sering-sering mensterilkan dan membersihkan permukaan-permukaan seperti mainan anak-anak atau gagang pintu merupakan cara lain untuk melindungi diri dari penyakit."
Sementara itu, otoritas-otoritas kesehatan internasional mengatakan mereka tidak merasa pasti dari mana virus MERS-CoV berasal atau bagaimana ia menyebar.
"Kami melihat ada dua pola utama, atau dua cara utama bagaimana orang terinfeksi," ujar Keiji Fukuda, kepala keamanan kesehatan WHO.
"Pertama adalah dalam komunitas, yaitu di kota-kota dan sebagainya, ada infeksi secara sporadis pada manusia."
Namun Fukuda mengatakan "salah satu potongan informasi kunci yang hilang adalah apakah ada banyak orang yang mendapat infeksi ringan atau infeksi tanpa gejala yang tidak kita ketahui," ujarnya.
"Karena ada kesenjangan dalam informasi tersebut, sulit untuk membuat perkiraan untuk masa depan."
Fukuda mengatakan ada tiga skenario masa depan yang mungkin: Virus tersebut dapat menjadi stabil pada tingkat saat ini yaitu sekitar 20 per bulan, perlahan menghilang dengan sendirinya atau meledak menjadi wabah besar.
Supaya aman, WHO minggu ini mengadakan pertemuan komite darurat ahli penyakit internasional, termasuk epidemiolog, virolog dan dokter bidang kesehatan masyarakat, untuk mengumpulkan informasi dan memutuskan respon seandainya virus itu menjadi epidemi. Kementerian Kesehatan Arab Saudi juga telah membuat laman khusus dengan data perkembangan terbaru dan saran dalam melindungi diri dari MERS-CoV. (VOA/Cecily Hilleary)