Visi Misi Sektor Pertahanan dan Keamanan Dua Capres Bersifat Umum

  • Fathiyah Wardah

Capres 01 Joko Widodo bersalaman dengan Capres 02 Prabowo Subianto seusai debat di Jakarta, 17 Januari 2019.

Sejumlah kalangan menilai visi misi dalam sektor pertahanan dan keamanan yang dirumuskan oleh dua pasangan calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto tidak ada yang berdasarkan kerangka isu reformasi sektor keamanan.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) kembali akan menggelar debat keempat pemilihan presiden 2019 di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3). Debat yang hanya diikuti oleh para calon presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto ini akan berbicara soal ideologi, pemerintahan, keamanan dan hubungan internasional.

Wakil Direktur Imparsial Gufron Mabruri menilai visi misi dalam sektor pertahanan dan keamanan yang dirumuskan oleh dua pasangan calon presiden yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto tidak ada yang berdasarkan kerangka isu reformasi sektor keamanan.

Agenda pertahanan dan keamanan yang ada kata Gufron cenderung bersifat umum. Justru beberapa isu strategis tambahnya yang selama ini banyak diperbicangkan publik dan menjadi kegelisahan masyarakat sipil dalam isu sektor keamanan seperti peradilan militer, reformasi militer, isu tentang kesejahteraan, restrukturisasi komando teritorial, persoalan Papua malah tidak banyak muncul dalam visi misi agenda bidang keamanan kedua pasangan calon presiden tersebut.

Diskusi publik "Bedah Visi Pertahanan dan Keamanan Calon Presiden" di Kantor Imparsial, Jakarta, Rabu (27/3) (Foto: VOA/Fathiyah).

“Padahal isu-isu tadi mungkin sejak 98, bukan empat tahun terakhir sudah banyak diperbincangkan dalam ruang-ruang publik kita tetapi itu tidak dimasukan dalam agenda strategis yang akan mereka dorong dalam lima tahun kedepan. Tidak ada satupun paslon yang bicara isu sektor keamanan dalam konteks agenda reformasi sektor keamanan,” kata Gufron.

Gufron menambahkan sektor keamanan harus kuat dan didukung oleh alutsista yang modern dan profesional. Agenda-agenda sektor keamanan tambahnya harus mendorong penguatan tata kelola keamanan yang demokratik seperti penguatan transparansi dan akuntabilitas dalam kontes pengadaan alutista.

Penguatan prisip negara hukum dan menjamin perlindungan hak asasi manusia menurut Gufron juga penting dilakukan. Dia juga menilai tidak ada upaya untuk mengevaluasi misalnya soal resolusi konflik di Papua secara damai, padahal penyelesaian konflik Papua salah satu agenda yang sangat penting.

BACA JUGA: BNPB: Banjir Bandang Sentani Akibat Ulah Manusia yang Merusak Alam

Pengamat Politik dari Lingkar Madani Ray Rangkuti mengatakan kedua pasangan calon presiden sepertinya tidak memperhatikan secara khusus sektor keamanan. Menurutnya kedua pasangan calon tidak pernah menjadikan masalah soal pertahanan dan keamanan sebagai isu politik karena tidak terlalu memiliki dampak kepada pemilih.

“Tidak menjadikan isu utama. Kedua pasangan ini sekedar buat visi misi itu dalam rangka memenuhi syarat untuk visi misi ke kpu, tapi mereka pada dasarnya tidak mempunyai keinginan melakukan reformasi," ujar Rangkuti.

Direktur Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid mengungkapkan reformasi TNI yang belum selesai seharusnya juga menjadi sorotan penting. Penempatan TNI di sejumlah kementerian, lembaga dan Badan usaha milik negara seharusnya sudah tidak dilakukan karena tentara kata Usman memang dilatih, dididik, dipersenjatatai untuk menghadapi musuh asing dalam mempertahankan kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa.

BACA JUGA: Masyarakat Sipil Kritik "Deklarasi Damai" Talangsari 1989

Saat ini kata Usman Hamid, tentara masih diorientasikan ke dalam musuh dalam negeri seperti bahaya laten komunis.

“Masih mengorientasikan negara kita ke dalam musuh dalam negeri, bahaya laten komunis, itu saja, buka disita itu terlalu kecil kalau harus menjadi tugas tentara , itu urusan polisi. Tentara kalau ada tank Malaysia masuk ke Kalimantan Barat, baru urusan tentara. Kalau tank Papua Nugini masuk ke Wutung itu baru urusan tentara. Kalau ada pesawat dari Darwin masuk ke Kupang baru urusan tentara .Itu urusannya sangat besar. Lalu tugas negara ikut urusin sawah, urusan keluarga berencana ya bukan. Itu menjadi tanggung jawab dari pemerintah sipil, mereka dilatih dan dididik untuk itu,” jelas Usman.

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade mengatakan dalam debat, Prabowo akan bicara soal penguatan TNI dan Polri. Dia menyatakan , TNI dan Polri akan lebih sejahtera di bawah Prabowo-Sandiaga. Mereka juga akan dapat anggaran yang lebih tinggi agar mampu memodernisasi alutsista.

Your browser doesn’t support HTML5

Visi Misi Sektor Pertahanan dan Keamanan Dua Capres Bersifat Umum

Soal reorganisasi yang sempat ramai beberapa waktu lalu--termasuk usul menempatkan tentara di kementerian, Andre menyatakan jika pasangan nomor urut dua akan menyelesaikan itu. Dia pun berjanji Prabowo-Sandiaga akan memperkuat industri pertahanan. Bukan hanya untuk kebutuhan dalam negeri, tapi juga agar bisa diekspor.

Sementara Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf ,Arya Sinulingga tidak menjelaskan detail program yang akan ditawarkan dalam debat bidang pertahanan-keamanan. Arya Sinulingga hanya mengatakan Jokowi akan menawarkan gagasan baru yang disesuaikan dengan situasi zaman. (fw/em)