Jutaan orang mengantre, Rabu (13/1), dalam suhu di bawah nol derajat Celsius untuk menjalani tes virus corona putaran ke-dua di Shijiazhuang, kota di sebelah selatan Beijing yang kini menjadi jantung wabah Covid-19 paling serius di China.
Komisi Kesehatan Nasional, Rabu (13/1), mengumumkan bahwa 90 kasus baru dikukuhkan di Provinsi Hebei, yang ibu kotanya, Shijiazhuang, menjadi penyumbang kasus baru terbesar akhir-akhir ini. Enam belas kasus lainnya dilaporkan di provinsi Heilongjiang dan satu di Provinsi Shanxi.
Berbagai aktivitas di Shijiazhuang telah dilarang. Warga diminta untuk tidak keluar rumah kecuali untuk urusan esensial dan dilengkapi dokumen yang menunjukkan bahwa status virus coronanya negatif. Usaha disinfektasi pun digelar di mana-mana.
Qin Hebao, seorang warga Shijiazhuang, mengatakan, peristwa seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya.
"Dari lantai pertama hingga tiga puluh, seluruh bagian dari sebuah gedung apartemen ditutup setelah dua orang dinyatakan positif. Bahkan lift pun dimatikan. Petugas medis dan personel pengendalian pandemi sibuk melakukan disinfektasi lebih lanjut,” kata Qin.
China, tempat virus corona pertama kali terdeteksi pada akhir 2019, sebetulnya telah berhasil mengontrol penyebaran virus itu. Meski demikian klaster baru tetap bermunculan.
BACA JUGA: China: Tim Ilmuwan WHO akan Memulai Penyelidikan Asal Usul COVID-19Wabah di Hebei mendapat perhatian khusus karena provinsi itu dekat dengan Beijing. Perjalanan ke dan dari tiga kota, Shijiazhuang, Xingtai dan Langfang, telah ditangguhkan dan warga setempat telah diberitahu untuk tinggal di rumah selama minggu depan.
Semua warga Shijiazhuang, yang jumlahnya sekitar 10 juta, telah diperintahkan untuk menjalani tes putaran ke-dua karena pihak berwenang berusaha mengisolasi sumber wabah. Beberapa dari kasus tersebut secara tentatif dikaitkan dengan acara-acara pernikahan.
Tindakan serupa telah diperintahkan di berbagai penjuru negera itu, terutama di Wuhan, di mana 11 juta orang pernah diisolasi selama 76 hari musim dingin lalu atau pada bulan-bulan awal masa pandemi.
Peningkatan jumlah kasus di China terjadi ketika para ahli Organisasi Kesehatan Dunia bersiap untuk terbang ke Wuhan, Kamis, untuk menyelidiki asal-usul pandemi.
China telah menolak seruan untuk melangsungkan penyelidikan independen, sementara secara ketat mengontrol semua penelitian tentang asal-usul virus corona dan menggembar-gemborkan teori-teori yang tidak bisa dipastikan kebenarannya bahwa virus itu berasal dari luar China. [ab/uh]