Wabah Virus Corona Kacaukan Liburan Musim Semi Tahun Akademik 2020

Beberapa mahasiswa berjalan-jalan di Pantai Miami setelah otoritas menutup restoran, bar, bioskop, gym dan bisnis serupa untuk pencegahan virus corona, Miami Beach, Florida, 18 Maret 2020. (Foto: Reuters)

Para mahasiswa yang kecewa dengan liburan musim semi yang terganggu wabah virus corona pulang ke daerah asal mereka masing-masing dari Miami Beach, di mana bar-bar dan hamparan pantai berpasir putih ditutup pada pertengahan minggu lalu.

Wabah virus corona telah melanda berbagai wilayah Amerika Serikat pada akhir bulan Maret yang dinanti-nantikan oleh para mahasiswa, yakni liburan musim semi. Sebagian mahasiswa terjebak dan gagal merealisasikan rencana mereka untuk mengunjungi pantai dan menghadiri pesta-pesta. Mereka harus menerima kenyataan bahwa tempat-tempat itu telah ditutup untuk umum.

Brady Sluder, seorang mahasiswa dari Ohio yang menyatakan kekecewaannya. “Jika saya terjangkit virus corona, ya, saya terjangkit corona. Pada akhirnya, saya tidak akan membiarkannya untuk menghentikan (keinginan saya untuk) berpesta.”

Mahasiswa Harvard bersiap untuk pindah dari asrama setelah menerima pemberitahuan dari sekolah bahwa mereka tidak diperkenankan kembali ke sekolah setelah liburan musim semi, 10 Maret 2020. (Foto: dok).

Setelah berbulan-bulan merencanakan dan menantikan liburan tahunan ini, muda-mudi usia kuliah yang biasa menikmati liburan di pantai-pantai di Miami Beach harus mengakhiri masa liburan itu pada pertengahan minggu lalu ketika kota itu memberlakukan larangan kerumunan massa, menutup pantai, dan akhirnya juga menutup restoran dan bar di tengah-tengah adanya kekhawatiran akan wabah virus corona yang terus merebak.

Briana Leeder adalah salah seorang mahasiswa yang merasa bahwa wabah virus corona ini telah mengacaukan rencananya.

“Ini benar-benar mengacaukan liburan musim semi saya. Apa yang harus dilakukan di sini selain pergi ke bar atau pantai? Dan, mereka menutup semua itu. Ini benar-benar membuat saya kacau. Saya kira, mereka membesar-besarkan keadaan di luar proporsi yang sebenarnya. Saya kira semua ini berlebihan,” serunya.

Tetapi para ahli kesehatan memperingatkan bahwa para pengunjung pesta di tempat-tempat liburan musim semi yang populer itu tidak hanya menimbulkan risiko bagi sesama di antara mereka. Mereka juga dapat membawa virus kembali ke kota asal mereka, seperti disampaikan oleh Dr. Dina Borzokowski, guru besar kesehatan di Universitas Maryland.

“Sayangnya, situasinya sedemikian rupa sehingga mereka kemungkinan terpapar COVID-19. Ketika mereka kembali ke rumah orang tua atau kakek-nenek mereka, mereka harus mengisolasi diri setidaknya selama 14 hari. Mereka kemungkinan telah terpapar. Mereka merasa kebal, tetapi masalahnya adalah mereka menjadi penyebar dan mereka adalah vektor pada saat ini.”

Tetapi Doktor Borzokowski mengatakan ini akan sulit bagi banyak orang muda yang sudah kecewa karena batal berlibur dan harus pulang ke rumah orang tua mereka, bukan kembali ke kampus universitas, yang sebagian besar telah beralih ke pembelajaran online.

Dr. Dina Borzokowski menambahkan, “Bagian dari populasi ini adalah yang paling kecil kemungkinannya menggunakan vaksin flu. Mereka yang paling mungkin sering tidak memakai sabuk pengaman ketika naik mobil. Mereka yang paling mungkin menyalahgunakan alkohol dan terlibat dalam perilaku berisiko. Jadi sekali lagi, mereka adalah populasi yang sulit dihadapi ketika kita mengalami krisis.”

Selain itu, mengikuti aturan baru mungkin sangat sulit bagi mereka yang merasa liburan musim semi yang sangat mereka nanti-nantikan kini telah hilang. [lt/my]