Vatikan, Jumat (6/3) melaporkan kasus virus corona yang pertama di sana. Juru bicara Takhta Suci Matteo Bruni mengatakan klinik kesehatan Vatikan ditutup untuk pembersihan menyeluruh, tetapi ruang darurat tetap dibuka.
Kamerun juga melaporkan kasus virus corona pertama di negara itu. Menteri Kesehatan melalui sebuah pernyataan hari Jumat (6/3) mengemukakan, pasien adalah seorang lelaki Perancis berusia 58 tahun yang tiba di Yaounde pada 24 Februari lalu. “Pengawasan aktif yang diberlakukan sejak terjadinya wabah Covid-19, telah memungkinkan pemerintah mendeteksi kasus ini,” sebut pernyataan itu. Warga negara Perancis itu kini diisolasi.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menetapkan situasi darurat, menutup sekolah-sekolah selama 30 hari dan menutup gereja Nativity di Betlehem setelah tujuh kasus virus korona terkonfirmasi di kota itu. Ini adalah kasus pertama di wilayah Palestina.
Menutup gereja yang disebut umat Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus itu, akan menghancurkan industri pariwisata yang penting di Bethlehem dan berlangsung beberapa pekan saja sebelum Paskah.
BACA JUGA: Demam, Paus Fransiskus Batalkan Ikut Retret Jelang PaskahAncaman tampaknya mulai surut di China, di mana wabah mulai merebak pada Desember lalu. WHO Kamis menyatakan sekarang ada sekitar 17 kali lebih banyak kasus baru di luar China dari pada di dalam China sendiri.
Namun hari Jumat (6/3), China melaporkan bahwa jumlah kasus baru telah meningkat menjadi 143, naik dari 139 pada hari Kamis.
Ratusan pasien telah keluar dari berbagai rumah sakit di China dan pabrik-pabrik yang semula ditutup kini mulai dibuka kembali. Tetapi Presiden China Xi Jinping telah membatalkan kunjungan kenegaraan yang semula dijadwalkan ke Jepang, di mana Tokyo menyatakan semua pengunjung dari China dan Korea Selatan akan dikarantinakan. Korea Selatan memiliki jumlah pasien virus corona terbesar di luar China.
BACA JUGA: Presiden China Tunda Lawatan ke Jepang Karena Wabah Virus CoronaAustralia mengikuti jejak China dan Iran yang melarang kedatangan pengunjung dari Korea Selatan.
Indonesia juga memberlakukan larangan perjalanan dari beberapa wilayah Korea Selatan serta dua negara lainnya yang terpukul oleh wabah virus ini, Iran dan Italia. Kedua negara itu telah menutup sekolah-sekolah.
PBB menyatakan virus itu telah mengganggu kegiatan belajar bagi sekitar 300 juta pelajar di seluruh dunia, mulai dari TK hingga SMA. Jumlah itu belum termasuk perguruan tinggi yang juga ditutup.
Komisaris Tinggi HAM PBB meminta pemerintah negara-negara agar mencari pendekatan holistic dalam upaya mereka menghentikan penyebaran virus. Michelle Bachelet, yang juga seorang dokter, dalam suatu pernyataan hari Jumat (6/3) mengemukakan bahwa “upaya-upaya untuk menghadapi virus ini tidak akan berhasil, kecuali jika kita mendekatinya secara menyeluruh, yang berarti sangat berhati-hati melindungi mereka yang paling rentan dan terabaikan di tengah masyarakat, baik secara medis maupun ekonomi.”
Ia mengatakan langkah-langkah untuk menghentikan penyebaran virus corona kemungkinan besar secara tidak proporsional akan berdampak bagi kaum perempuan dan bahwa orang-orang yang secara ekonomi sukar bertahan mungkin akan dengan begitu mudahnya disisihkan oleh langkah-langkah yang diterapkan untuk menanggulangi virus.
Ia menambahkan, “Bersikap terbuka dan transparan merupakan kunci untuk memberdayakan dan mendorong masyarakat agar berpartisipasi dalam langkah-langkah yang didesain untuk melindungi kesehatan mereka sendiri dan masyarakat yang lebih luas, khususnya ketika tingkat kepercayaan terhadap pemerintah terkikis. Ini juga akan membantu menangkis informasi palsu atau menyesatkan yang dapat sangat merugikan karena menimbulkan ketakutan dan prasangka.”
Hingga Kamis malam (5/3), sudah lebih dari 98 ribu kasus COVID-19 di seluruh dunia dan sedikitnya 3.300 meninggal karenanya. [uh/ab]