Parker Solar, wahana peneliti matahari milik Badan Antariksa Nasional Amerika (NASA), belum lama ini selamat dari paparan terdekatnya sejauh ini dengan Matahari. Wahana itu mengirim "data spektakuler" mengenai korona, tepi terluar yang sangat panas dari Matahari, demikian dikatakan tim ilmuwan, Rabu (18/12).
Wahana sebesar mobil itu, yang diluncurkan Agustus tahun lalu, akan mendekat ke permukaan matahari dalam jarak sekitar enam juta kilometer dalam rangkaian terbang dekat dengan beberapa jarak dan lintasan selama tujuh tahun.
Diharapkan, wahana itu akan memberi ilmuwan pemahaman yang lebih baik tentang angin dan badai elektromagnetik matahari yang bisa menyebabkan gangguan di Bumi karena mengacaukan jaringan listrik.
Salah satu teka-teki terkait suhu korona itu sendiri, satu juta derajat Celcius lebih panas dari permukaan matahari yang tercatat 6.000 derajat Celcius. Semula diperkirakan korona itu akan lebih dingin ketika semakin jauh dari sumber panas.
"Jadi, korona itu bisa meningkatkan panasnya sendiri. Kami mencermati proses fisik yang memungkinkan itu terjadi," ujar Alexis Rouillard pada Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis yang ikut menulis satu dari empat laporan temuan awal wahana peneliti itu, yang diterbitkan dalam jurnal Nature.
"Bahkan dengan hasil penelitian orbit-orbit pertama ini, kami dikejutkan oleh betapa berbeda korona ketika diamati dari dekat," ujar Justin Kasper, profesor ilmu iklim dan antariksa dan teknik pada University of Michigan.
Ringkasan laporan oleh University of Michigan mencatat bahwa selama ini diduga osilasi dalam medan magnet Matahari mungkin telah menyebabkan korona memanas dan berharap mendapat data untuk mengukuhkan hal itu.
Sebaliknya, mereka melaporkan adanya gelombang magnet "luar biasa" yang jauh lebih kuat, yang mampu mengubah sepenuhnya arah medan magnet yang mungkin menjadi sumber energi bagi korona.
Ilmuwan juga terkejut melihat apa yang mereka dapati tentang percepatan angin matahari, aliran proton yang menjauhi matahari, elektron, dan partikel lain yang berasal dari Matahari.
Diketahui bahwa semakin dekat, medan magnet Matahari menarik angin ini ke arah yang sama dengan rotasinya, sehingga tim itu memperkirakan efek itu akan semakin melemah.
"Sangat mengejutkan, ketika mendekati Matahari, kami telah mendeteksi aliran besar rotasi - 10 hingga 20 kali lebih besar dari yang diprediksi model standar Matahari," kata Kasper.
"Jadi, kami belum tahu tentang sesuatu yang mendasar tentang Matahari dan bagaimana angin Matahari itu bisa melepaskan diri dari gaya tarik Matahari," imbuhnya.
Kepada wartawan, Nicky Fox, ilmuwan proyek NASA untuk penelitian itu mengatakan fakta bahwa manusia berhasil menerbangkan pesawat antariksa ke atmosfer Matahari itu sendiri merupakan pencapaian yang menakjubkan.
"Fakta bahwa Matahari adalah bintang terdekat kita dan memberi pengaruh besar pada kita di bumi, malahan lebih baik, tetapi kita telah menunggu puluhan tahun untuk memahami misteri ini."
Nama wahana penelitian itu diambil dari nama pakar astrofisika surya Amerika, Eugene Parker, yang pertama kali membuat teori angin matahari, dengan menggambarkan sistem medan magnet, partikel energetik dan plasma yang membentuk fenomena itu. (ka/ii)